Yana Mulyana Ceritakan Perjuangannya Melawan Virus Corona

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana (foto: humas pemkot bandung)

MENJADI penyintas Covid-19 menjadi pengalaman berharga bagi Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Berhasil melewati serangkaian tahap penyembuhan telah memberinya kesempatan kedua untuk hidup dengan lebih bermakna. Proses demi proses dijalani Yana dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan.

Yana yang mengenakan setelan santai dan membuatnya terlihat nyaman, menceritakan perjuangan dirinya melawan penyakit yang ditimbulkan virus corona baru tersebut.

“Saya sangat bersyukur, Allah masih sayang sama saya. Ketika pertama kali divonis Covid-19 jujur saya terpukul. Yang saya ingat adalah kematian,” ujar Yana, yang mengenakan sarung tangan dan masker tersebut.

Yana positif mengidap Covid-19 diduga setelah menghadiri acara Musyawarah Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jawa Barat di Karawang pada 8 Maret 2020. Salah seorang tamu undangan yang hadir di acara tersebut dan sama-sama dinyatakan positif virus corona tidak tertolong. Kejadian itu membuatnya semakin pasrah.

“Selama di rumah sakit saya diinfus di ruangan tiga kali tiga. Saya tidak tahu dunia luar, makan bubur, bertahan hidup. Saya makan apapun yang dikasih. Berupaya tetap makan, berupaya tetap minum, obat mah ada yang suntik ada yang oral, pokoknya SOP dari dokter saya jalani, nggak ada yang nggak,” bebernya.

Berita Terkait

Berbekal rasa optimis untuk sembuh, Yana terus menjalani pengobatan di rumah sakit selama 11 hari, setelah sebelumnya menjalani isolasi mandiri selama 4 hari. Kondisi tersebut membuat dirinya rela tak bisa bertemu siapapun, bahkan keluarganya. Selama ini, interaksinya dengan keluarga hanya melalui sambungan telepon.

“Karena keyakinan saya ini muslim, saya yakin semua penyakit pasti ada obatnya. Semua semata-mata karena izin Allah, saya bersyukur hari ini bisa sehat dan sudah negatif,” kata Yana.

Dorongan doa dan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat pun semakin menumbuhkan semangatnya. Dia mengaku, banyak menerima pesan singkat yang memberikan semangat untuk tetap sehat dan kembali melayani masyarakat.

“Pasti keluarga, anak, istri, saya juga cukup banyak dorongan doa, banyak WA (WhatsApp) juga dari masyarakat ke saya. Katanya ‘Kang amanah akang belum selesai membangun Bandung’. Itu jadi spirit buat saya untuk istri anak keluarga, dan saya punya utang pengabdian untuk masyarakat,” paparnya.

Semangat yang sama ingin dia sampaikan bagi para pasien yang saat ini sedang berjuang untuk melawan virus tersebut. Menurutnya, kuncinya terletak pada pikiran yang positif dan kedisiplinan untuk mengikuti seluruh anjuran dari dokter.

“Masyarakat yang mungkin hari ini masih dirawat, berdoa mah pasti. Motivasi iya, dan punya keyakinan tadi. Bahwa, insya Allah setiap penyakit ada obatnya. Spirit for life-nya harus ada. Mudah-mudahan dengan begitu imun kita positif. Kalau pikiran kita positif, imun kita naik. Semua ini pasti seizin Allah. Apa pun yang terjadi itu berarti takdir,” seru Yana.

Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk terus menahan diri tinggal di rumah. Keluar rumah hanya untuk situasi darurat, serta menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh para tenaga medis.

“Yang masih sehat, benar-benar diam di rumah, karena virus ini kayak MLM (Multi-Level Marketing). Cukup banyak orang-orang yang dia tidak bergejala, merasa sehat karena daya tahan tubuhnya baik, padahal dia positif. Akhirnya dia jadi tidak steril, dia menularkan kepada siapapun tanpa dia sadari. Dia tularkan ke keluarganya, ke orang tuanya, ke temennya, bahkan ke orang yang mungkin nggak dikenal,” tutur ayah dua anak itu.

Itulah mengapa, lanjutnya, isolasi 14 hari itu penting untuk memutus rantai penularan. Pada 14 hari itu adalah masa inkubasi virus. 

“Kalau dia (virus corona) diam di orang yang sehat, imunnya kuat, di hari keempat belas itu dia mati. Itu yang saya baca. Maka kita harus sabar, jangan sampai di hari ketigabelas kalau keluar berarti nambah lagi 14 hari, jadi 27 hari, begitu.”

“Tangan itu harus bersih. Pada saat kita keluar jangan sekalipun kita menyentuh area muka, karena virus itu masuk lewat mata, hidung, dan mulut. Jadi jangan pernah (menyentuh wajah). Dan kalau setelah pulang, semua yang kita pakai ini cuci, syukur-syukur kita bisa mandi, ganti baju semua. Kita juga harus berpola hidup sehat karena dengan sistem imun kita sendiri kita bisa mengalahkan virusnya. Karena belum ada obatnya,” imbuhnya.

Dia berharap, tak ada lagi korban-korban virus ini berikutnya. Jangan sampai warga merasakan kepahitan karena Covid-19.

“Mungkin cukup saya yang merasakan sakit beratnya perjuangan melawan Covid-19 ini, warga Kota Bandung jangan ada lagi. Makanya diam di rumah untuk jangan sampai tertular bahkan menularkan ke orang lain,” pungkasnya. (*/vil)

Related posts