Diversifikasi Pangan Harus Terus Bergulir

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Hingga kini, beras menjadi makanan pokok publik di Indonesia, tidak terkecuali Jabar. Padahal, di Indonesia, ada beberapa daerah yang tidak menjadikan beras sebagai makanan pokok, semisal jagung dan sagu.

Akan tetapi, sejak beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran pangan. “Daerah yang selama ini menjadikan jagung atau sagu sebagai makanan pokok, mulai bergeser pada beras. Hal itu membuat keberergantungan pada beras menjadi tinggi,” tandas Ketua Tim Penggerak PKK Jabar, Netty Prasetyani Heryawan, pada pembukaan Ethnic Food di Cihampelas Walk (Ciwalk), Jalan Cihampelas Bandung.

Menurutnya, tingginya kebergantungan pada beras berarti membutuhkan lahan pertanian yanh mencukupi. Akan tetapi, ujarnya, saat ini, areal pertanian berkurang sebagai akibat cukup banyaknya alih fungsi lahan.

Karenanya, ujar Netty, pemerintah perlu menggenjot upaya-upaya diversifikasi pangan. Hal itu, jelasnya, untuk meminimalisir kebergantungan pada beras. Salah satu contohnya, meningkatkan produk pangan berbahan baku lokal non-beras.

Secara ekonomi, kata Netty, sebenarnya, pangan berbahan laku lokal non-beras punya potensi. Hal itu, ujarnya, dapat terwujud jika ada upaya melakukan kerjasama antara produsen pangan berbahan baku lokal non-beras dan sejumlah kalanga. “Yaitu melalui skema induatrialisasi,” tutur Netty.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Indag) Jabar, Hening Widiatmoko, mengiyakan, bahwa pengolahan makanan berbahan baku lokal non-beras dapat berkembang. Pasalnya, terang Widi, sapaan akrabnya, pengolahan pangan berkontribusi cukup positif bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

“Terlebih, industri kreatif sektor langan Jabar menjadi trend setter. Industri ini pun bisa dorong daya saing,” tutup pria berkacamata tersebut. (ADR)

Related posts