
Jabartoday.com-JAKARTA – Banjir besar yang kembali melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada awal Maret 2025 telah menyebabkan ribuan warga terdampak serta kerugian materiil yang cukup besar. Merespons kondisi ini, Direktur Eksekutif Greenpress, Igg Maha Adi, menegaskan bahwa kejadian ini menjadi peringatan serius terhadap kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan di perkotaan. Menurutnya, banjir yang merendam ribuan rumah serta infrastruktur di Jabodetabek bukan semata-mata akibat cuaca ekstrem, tetapi juga menunjukkan bahwa ekosistem perkotaan semakin rentan terhadap tekanan lingkungan. Urbanisasi yang tidak terkendali, pengurangan lahan hijau, serta sistem drainase yang tidak lagi memadai memperparah dampak banjir. Ia menegaskan bahwa bencana ini tidak bisa terus-menerus dianggap sebagai fenomena alam tanpa memperhitungkan faktor-faktor yang memperburuk situasi.
Berdasarkan data terbaru, di Jakarta terdapat sedikitnya 105 rukun tetangga (RT) serta lima ruas jalan yang terdampak banjir hingga Selasa, 4 Maret 2025. Sementara itu, wilayah Bekasi mengalami genangan air setinggi tiga meter yang merendam sekitar 140 rumah warga. Jumlah pengungsi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mencapai 1.229 jiwa yang tersebar di 11 titik pengungsian. Sekretaris Jenderal Greenpress, Marwan Aziz, mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir ini diperkirakan mencapai miliaran rupiah, mencakup kerusakan pada rumah, infrastruktur, serta terganggunya aktivitas ekonomi masyarakat. Ia menambahkan bahwa setiap tahun masyarakat mengalami siklus kerugian yang sama akibat banjir, sehingga pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam menangani permasalahan ini harus segera diimplementasikan.
Sebagai langkah strategis untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang, Greenpress mengusulkan beberapa solusi. Pertama, pemerintah daerah perlu mengevaluasi kebijakan alih fungsi lahan dan mengembalikan kawasan resapan air seperti hutan kota, danau, serta ruang terbuka hijau yang semakin berkurang akibat ekspansi betonisasi. Kedua, sistem drainase perlu diperbaiki dengan menerapkan teknologi berbasis natural water retention, seperti pembangunan kolam retensi, sumur resapan, serta infrastruktur hijau yang mampu mengelola aliran air hujan sebelum memasuki permukiman warga. Ketiga, masyarakat perlu diberdayakan dalam mitigasi bencana melalui edukasi tentang pentingnya konservasi lingkungan serta penguatan sistem peringatan dini yang lebih efektif.
Menurut Greenpress, kebijakan yang selama ini bersifat reaktif harus diubah menjadi langkah-langkah preventif yang lebih berkelanjutan. Tidak cukup hanya menangani banjir setelah terjadi, tetapi perlu adanya strategi jangka panjang agar kota-kota di Indonesia lebih siap menghadapi perubahan iklim dan tantangan lingkungan ke depan. [roes]