Oleh Ahmad Adib Zain
Tidak banyak orang yang mengetahui kiprah Sudradjat di belantara politik Jawa Barat. Sudradjat seorang Lulusan AKABRI (sekarang AMN) tahun 1971 dan Master Public Adminstration Harvard University USA tahun 1993. Dapat disimpulkan, beliau adalah dari kalangan prajurit militer strategis yang mampu memimpin dengan otak bukan hanya dengan otot.
Untuk menjadi Gubernur zaman now, seseorang harus memiliki karakter pribadi yang kuat, juga kapasitas intelektual dan pengalaman bertugas tingkat nasional serta kelas dunia. Sudradjat antara lain pernah menjadi Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Atase Militer di London dan Washington serta menjadi Duta Besar RI di China. Dan yang paling penting, dalam usianya yang matang, beliau sudah selesai dengan urusan dirinya dan hanya ingin mengabdi bagi kemajuan daerahnya sendiri.
Jabar dengan penduduk yang lebih dari 45 juta jiwa membutuhkan suatu paradigma baru tentang lingkungan strategis. Jika Jabar sebagai provinsi terbesar ini, ingin menjadi provinsi yang termaju dan sejahtera, maka Sudradjat sesuai dengan makna namanya, “derajat yang mulia” adalah sosok yang tepat.
Beliau sangat sadar bahwa nama itu berarti pula harus mampu menyemai kemuliaan bagi Jabar di bawah kepemimpinannya dalam lima tahun mendatang. Pasti tidak akan kompromi dengan korupsi dan sejenisnya, yang kita yakini dapat merusak sendi-sendi moral bangsa dan pemerintahan di Jabar.
Sosok Sudradjat yang dalam banyak kesempatan menyampaikan agar pemerintahan daerah bekerja untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, memberikan nilai tambah dari hulu, seperti sektor pertanian, peternakan, kelautan dan perkebunan, sektor pertambangan rakyat, industri kecil, kreatif dan inovatif, sektor pariwisata yang mengandalkan keindahan alam dan budaya masyarakatnya menunjukkan beliau sangat peduli untuk mengamankan aset perekonomian rakyat dan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang makin menganga.
Inilah sosok Sudradjat, yang akan membawa Jabar ke arah kemajuan, bukan kemuduran. Mengapa, harus kembali kepada kekuatan lokal dalam paradigma ke depan, karena di sini segala hal kita miliki, sumber pangan, energi dan air berlimpah-ruah sebagai karunia Allah yang harus kita syukuri dan dikelola dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kemakmuran rakyat, bukan hanya mendatangkan investor, yang akan meraup keuntungan sendiri sementara warga Jabar tetap miskin, seperti terlihat di sekitar kawasan industri dan permukiman baru serta daerah perdesaan dan permukiman lama warga di Jabar.
Tidak usah khawatir kalau paradigma ini dipilih, bukan berarti Sudradjat tidak ‘market friendly’. Beliau lulusan Harvard, sebuah perguruan tinggi ternama di Amerika, tentu mampu memberikan perhatian kepada investor luar dan pengusaha besar, namun juga sangat ingin warga Jabar sendiri menjadi investor dan pengusaha di tanah kelahirannya, sehingga ‘kolateral’ yang dimiliki pemerintah daerah harus dijadikan jaminan untuk akses permodalan dari para investor dan pengusaha lokal, inilah tantangan di sektor perbankan dan keuangan yang dihadapkan kepada kita semua di Jabar.
Tidak perlu khawatir pula, jika Gubernur kita yang bernama Sudradjat ini akan melupakan pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan pemerintahan, beliau tentu akan memberikan peran kepada Wakil Gubernur Ahmad Syaikhu untuk ikut mengelola sektor pendidikan dan kesehatan yang menjadi bagian dari indikator pembangunan manusia, karena kedua sektor ini sudah memiliki standar baku mutu, tinggal melakukan perubahan paradigma, yaitu melayani langsung kepada kebutuhan warga, sesuai dengan Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Provinsi sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kepemimpinan yang kuat dan strategis dengan parameter yang terukur seorang Sudradjat, akan mampu mendorong daerah Kabupaten dan Kota lebih mudah dan nyaman menerima kehadiran Kang Adjat, begitu beliau dipanggil, sehingga beragam latar belakang politik dari 27 Bupati atau Walikota di Jabar beserta mitra DPRDnya akan mampu bersinergi dengan beliau sebagai Kepala Pemerintahan tingkat Provinsi yang tidak memiliki persoalan politik, hukum dan psikologis sosial untuk memimpin Jabar karena beliau adalah pimimpin strategis yang melakoni kepemimpinan yang sesuai dengan paradigma Jabar seutuhnya. Akhirnya, kita yakin ke depan Jabar, akan makin asyik aja.
Bandung, 31 Januari 2018.