Gedung Sate (Gedong Saté) adalah bangunan bersejarah di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, yang difungsikan sebagai gedung pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan kantor gubernur.
Gedung ini memiliki ciri khas berupa ornamen enam tusuk sate pada menara sentralnya sehingga dinamakan Gedung Sate.
Ornamen tusuk sate dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati) melambangkan 6 juta gulden,yaitu jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate. Ornamen yang terbuat dari batu itu terletak di atas pintu utama.
Bangunan ini telah lama menjadi penanda sekaligus ikon Kota Bandung dan Jawa Barat. Model bangunan gedung ini juga dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat.
Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.
Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m², dan teras menara 205,169 m².
Sejarah Gedung Sate
Dikutip laman Wikipedia dari laman resmi Pemprov Jabar, pada masa Hindia Belanda, Gedung Sate disebut Gouvernements Bedrijven (GB). Peletakan batu pertama pebangunannya dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada 27 Juli 1920.
Arsitektur bangunan ini merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir. J. Gerber (arsitek muda lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland), Ir. Eh. De Roo, dan Ir. G. Hendriks, serta pihak Gemeente van Bandoeng.
Tim perancang ini diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di antaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton.
Pembangunan Gedung Sate dibantu tukang batu, kuli aduk, dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok, dan Kampung Cibarengkok. Sebelumnya, mereka jug menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Dalam kurun waktu 4 tahun, pada September 1924, diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan.
Langgam arsitektur Gedung Sate disebut sebagai gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa.
D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte (1952) mengatakan, “Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia”.
Ir. H. P. Berlage, sewaktu berkunjung ke Gedung Sate pada April 1923, menyatakan, Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis, seperti halnya gaya arsitektur Italia pada masa renaiscance, terutama pada bangunan sayap barat.
Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur, sekitar Arcamanik, dan Gunung Manglayang.
Fasade (tampak depan) Gedung Sate mengikuti sumbu poros utara-selatan dan sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.
Gugurnya 7 Pemuda
Pada Senin, 3 Desember 1945, terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha yang ditunggangi tentara Inggris dan Belanda.
Tentara Gurkha merupakan orang-orang dari Nepal yang terkenal akan keberanian dan kekuatan fisiknya dalam berperang menggunakan pisau khas mereka, yaitu kukri.
Akibat dari Perjanjian Damai yang dinamakan Perjanjian Sugauli pada 1816, tentara Gurkha kemudian menjadi tentara kontrak yang melayani Perusahaan Hindia Timur Britania.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mengalami suasana euforia. Di tengah suasana sukacita tersebut, Belanda ternyata belum bisa menerima kenyataan diusir dari Indonesia. Bersama Inggris, Belanda menghimpun kekuatan untuk dapat merebut sejumlah aset, salah satunya adalah Gedung Sate.
Pertempuran pecah pada 3 Desember selama hampir 2 jam yang mengakibatkan gugurnya tujuh orang pemuda. Lima jenazah ditemukan, dua jenazah lagi tidak ditemukan.
Lima orang pemuda yang jasadnya ditemukan pada peristiwa mempertahankan Gedung Sate tersebut bernama Muchtarudin, Suhodo, Susilo, dan dua lagi tidak diketahui namanya. Sementara itu dua orang yang tidak ditemukan jenazahnya diyakini bernama Rana dan Rengat.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibuatlah sebuah prasasti pada 31 Agustus 1952 sebagai bentuk penghormatan kepada tujuh orang pemuda tersebut. Awalnya prasasti berbentuk batu itu terletak di halaman belakang Gedung Sate.
Kemudian, pada 3 Desember 1970, prasasti tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate. Posisinya tepat berada sejajar dengan pintu masuk Gedun Sate dengan dikelilingi taman dan air mancur.
Pusat Pemerintahan Jawa Barat
Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya, Pemerintahaan Provinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga, Kota Bandung.
Ruang kerja gubernur terdapat di lantai II, bersama dengan ruang kerja Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Para Asisten, dan Biro.
Di bagian timur dan barat terdapat dua ruang besar yang akan mengingatkan pada ruang dansa (ball room) yang sering terdapat pada bangunan masyarakat Eropa. Ruangan ini lebih sering dikenal dengan sebutan Aula Barat dan Aula Timur. Keduanya sering digunakan kegiatan resmi. Di sekeliling kedua aula ini terdapat ruangan-ruangan yang di tempati beberapa Biro dengan Stafnya.
Paling atas terdapat lantai yang disebut Menara Gedung Sate. Lantai ini tidak dapat dilihat dari bawah. Untuk menuju ke lantai teratas, disediakan lift atau dengan menaiki tangga kayu.
Taman Gedung Sate
Keindahan Gedung Sate dilengkapi dengan taman di sekelilingnya yang terpelihara dengan baik. Taman ini diminati oleh masyarakat kota Bandung dan para wisatawan.
Keindahan taman ini sering dijadikan lokasi kegiatan yang bernuansakan kekeluargaan, lokasi shooting video klip musik baik artis lokal maupun artis nasional, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan foto pasangan pengantin.
Khusus hari Minggu, lingkungan halaman Gedung Sate dijadikan pilihan tempat sebagian besar masyarakat untuk bersantai, sekadar duduk-duduk menikmati udara segar kota Bandung, atau berolahraga ringan.
Masuk Gedung Sate
Apabila Anda ingin masuk ke dalam bangunan yang telah diakui sebagai salah satu bangunan terindah di Indonesia ini, maka Anda harus mempunyai izin terlebih dahulu. Izin ini tidak sulit didapat bila Anda mengikuti prosedur dengan benar.
Bila Anda hanya ingin berada di lingkungan sekitar bangunan saja, maka Anda tidak membutuhkan izin khusus.
Bila Anda masuk ke dalam bangunan Gedung Sate, yang pertama kali Anda temui adalah seperangkat gamelan khas Sunda yang hanya dimainkan pada acara-acara tertentu, misalnya menjamu tamu spesial atau acara negara.
Hampir seluruh bagian dari gedung ini adalah perkantoran, termasuk ruangan yang pada jaman dahulu kala digunakan sebagai penjara bawah tanah.
Suasana berbeda akan Anda dapatkan bila Anda naik ke lantai 4. Lantai 4 ini biasanya digunakan untuk menjamu tamu spesial atau acara kenegaraan sehingga mempunyai suasana yang lebih nyaman.
Selain dapat melihat pemandangan indah dengan menggunakan teropong, di lantai 4 ini juga terdapat foto-foto kegiatan gubernur, dilengkapi dengan macam-macam cinderamata dan prasasti dari provinsi Jawa Barat.
Misteri Gedung Sate
Gedung Sate sering dikaitkan dengan misteri dan cerita horor karena bangunannya yang besar dan sudah berumur 1 abad. Setidaknya ada 5 misteri yang menjadi perbincangan warga kota Bandung seputar Gedung Sate:
- Lorong rahasia Gedung Sate: Ada cerita tentang keberadaan sebuah lorong rahasia di bawah tanah yang menghubungkan Gedung Sate dengan Gedung Pakuan.
- Sosok misterius penghuni Gedung Sate: Sosok kakek botak berjenggot panjang pernah terlihat di dalam bangunan Gedung Sate, namun menghilang dalam sekejap.
- Pohon angker: Pohon besar di halaman belakang Gedung Sate dipercaya ada penghuninya oleh para pedagang di sekitar kawasan Gedung Sate karena pernah ada pedagang yang buang air kecil di pohon ini dan kemudian mengalami gangguan selama 4 hari.
Lokasi Wisata Sejarah & Budaya
“Untuk warga Kota Bandung dan Jabar pada umumnya, Gedung Sate adalah salah satu ikon kebanggaan. Oleh karena itu, kami mencanangkan gedung di pusat Kota Kembang ini menjadi lokasi wisata,” katanya dalam pameran lukisan dan penyerahan Anugerah Barli 2019 di Aula Timur Gedung Sate, 19-28 Agustus 2019.
Dia mengatakan, pameran lukisan Barli menjadi salah satu pembuktian Gedung Sate sebagai lokasi wisata budaya.
Nantinya, dinding Gedung Sate akan dipenuhi lukisan yang menggambarkan sejarah berdirinya Gedung Sate, serta khasanah seni dan budaya dari 27 kabupaten/kota yang ada di Tanah Pasundan.
“Gedung Sate ada dua ruang besar, ada galeri barat dan galeri timur. Sesekali boleh (digelar pameran), tidak hanya acara administrasi kepemerintahan, tapi juga bisa jadi lokasi acara galeri berkesenian, seni rupa, dan lain-lain,” katanya.
Saat ini Pemprov Jabar tengah merevitalisasi Taman Gedung Sate untuk dijadikan ruang terbuka bagi masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya. (jt2/dari berbagai sumber).*