Menjalin kerjasama merupakan sebuah strategi untuk terus meningkatkan kinerja dan performa. Strategi tersebut juga ditempuh PT Industri Telekomunikasi Indonesia atau PT INTI, Melalui anak perusahaannya, PT INTI Pindad Mitra Sejati, Badan Usaha Milik Negara tersebut mendirikan perusahaan sindikasi bersama industri asal Korea Selatan, Global Optic Communication (GOC).
“Perusahaan itu bernama PT INTI Global Optical Communication. Sebanyak 25 persen saham dipegang PT IPMS. Sisanya GOC,” ujar Direktur Utama PT INTI, Tikno Sutisna, belum lama ini.
Tikno menyatakan, kerjasama dengan Korsel itu berkaitan dengan peresmikan dan pengoperasian kembali fasilitas produksi kabel dan aksesoris serat optik serta pabrik berbasis radio frequency identification (RFID) berkapasitas besar. Dijelaskan, basis RIFD yang menempati lokasi pabrik lama pada lahan 80 ribu meter per segi, yang sudah 15 tahun tidak beroperasi.
Tikno mengatakan, proyeksinya, fasilitas itu mulai bergulir pada Maret 2014. Pabrik lama ini, sambung dia, memiliki 3 unit untuk memproduksi kabel fiber optic. Kapasitas produksinya 7 juta meter per tahun atau 6 ribu meter per bulan.
Namun, kata dia, melalui pabrik berbasis RIFD, kapasitas produksinya meningkat. Disebutkan, pabrik baru itu dilengkapi 48 mesin RFID berkapasitas produksi raksasa. Setiap mesinnya mampu memproduksi 12 juta-15 juta unit RFID tag per tahun.
Pada tahap awal, terang Tikno, prioritasnya pemenuhan kebutuhan klien dan pasar lokal INTI. Harapannya, lanjut dia, dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Jika berkaitan dengan program system monitoring dan pengendalian BBM (SPMBBM), sahutnya, permintaan produk elektronik berbasis RFID berpotensi tumbuh sekitar 10 persen. Proyeksi ini, pendapat Tikno, berdasarkan pada jumlah kendaraan, yaitu sekitar 100 juta unit. Angka 100 juta itu terdiri atas 11 juta unit mobil penumpang, 80 juta unit sepeda motor, 3 juta unit bus, dan 6 juta truk. “Proyeksinya, sektor ini dapat memasok kenaikan RFID 10 persen,” ujarnya.
Mengenai serat optik, Tikno berpendapat, pasarnya terbuka lebar. Dasarnya, jelas dia, adanya tren positif pada sektor telekomunikasi, broadcasting, dan internet. Menurutnya, proyeksinya, sektor tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 22,5 persen per tahun. Tikno menegaskan, pihaknya memiliki sejumlah pelanggan, bukan hanya PT Telkom, melainkan yang lainnya, seperti First Media.
Peluang kabel serat optic lainnya, ungkap Tikno, menggarap kerangka kerja konektivitas nasional pembangunan infrastruktur broadband, yang masuk agenda MP3EI. “Peluang pasarnya 35 juta broadband homepass dan lainnya,” seru dia.
Menyinggung soal investasi pengoperasian RIFD, Tikno masih merahasiakannya. Dalam kerjasama itu, ujar Tikno, pihaknya punya tanggung jawab untuk menyiapkan gedung dan fasilitas. Sedangkan GOC menjadi pemasok mesin dan bahan baku. (ADR)