
JABARTODAY.COM – BANDUNG
Ciri-ciri kota metropolitan adalah berkurangnya lahan pertanian karena beralih fungsi menjadi tempat bisnis atau pusat perbelanjaan. Tak terkecuali bagi Kota Bandung, kota yang semakin pesat kemajuannya.
Diakui Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah, banyak lahan sawah di Kota Bandung yang beralih fungsi menjadi perkantoran, perumahan, atau mall. “Luas lahan sawah di Kota Bandung 1400 hektar dan memang tiap tahun ada pengurangan, alih fungsi lahan. Itu memang ciri-ciri kota metropolitan, apalagi Bandung sebagai ibu kota provinsi,” tukas Elly, saat dihubungi, Minggu (5/10/2014).
Meski begitu, kata Elly, lahan sawah di Kota Bandung masih yang terluas dibanding kota-kota lainnya di Jawa Barat, seperti Kota Cimahi, Kota Depok, Kota Cirebon maupun Kota Sukabumi. Dari perhektarnya, sawah di Bandung dapat menghasilkan 5-6 ton padi. Namun, Elly tidak memungkiri, pihaknya hanya mampu menyubsidi 4% dari kebutuhan beras warga Bandung. “Jadi 96% kebutuhan beras masyarakat Kota Bandung didatangkan dari luar, terutama Subang dan Indramayu,” ungkapnya.
Ia tidak menampik, untuk memperluas lahan pertanian agak sulit. Maka itu, Pemerintah Kota Bandung melakukan upaya dengan membeli lahan sawah yang ada, agar tidak beralih fungsi dan dijadikan cadangan pangan bagi warga Kota Kembang. Hingga 2013, lahan yang sudah dibeli Pemkot Bandung sebesar 32,8 hektar. Lahan itu dikelola kelompok tani dengan sistem bagi hasil, yakni 70% untuk kelompok tani dan 30% untuk Pemkot Bandung. “Yang 30% ini diserahkan dalam bentuk gabah dan diperuntukkan bagi cadangan pangan Kota Bandung, dimana cadangan ini digunakan untuk yang sifatnya force majeur seperti banjir, kebakaran, atau warga kurang mampu,” papar Elly.
Dia menyebut, dengan memiliki lahan sebesar 1400 hektar dinilai masih lebih bagus dibandingkan kota lain yang luas lahannya sedikit. Elly berpendapat, tidak ada patokan ideal sebuah kota harus memiliki persawahan. “Karena kalau untuk perkotaan ‘kan lain dengan kabupaten. Kalau kabupaten memang daerah produsen, kalau kota ‘kan konsumen,” tutup wanita berkacamata tersebut. (VIL)