Kredit Macet di Jabar Bertambah

Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Dalam dunia perbankan, penyaluran kredit menjadi salah satu unsur penting penunjang kinerja bisnis. Karenanya, tidak heran, apabila lembaga-lembaga perbankan di tanah air menggulirkan berbagai program pembiayaan. Akan tetapi, ternyata, kondisi perkreditan di tanah air, khususnya, Jabar, sebaiknya mendapat perhatian serius, khususnya, dalam hal kredit bermasalah alias Non-Performing Loans (NPL).

“Setiap tahunnya, NPL perbankan di Jabar naik. Hingga akhir Desember 2014 atau triwulan IV 2014, secara total, NPL Jabar mencapai 2,7 persen,” tandas Riza Aulia Ibrahim, Direktur Pengawasan Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional II Jabar, Senin (2/3).

Menurutnya, tren NPL di tatar Pasundan itu melebihi NPL nasional. Itu terjadi, pendapat dia, karena beberapa hal. Di antaranya, kondisi debitur di tanah Parahyangan memang cenderung drop alias tidak baik. Walau demiikian, sambung dia, apabila perbandingannya dengan provinsi lain, kenaikan NPL di Jabar tidak terlalu besar.

Menurutnya, NPL Jabar pada triwulan IV 2014 jauh melebihi periode yang sama 2011, 2012, dan 2013. Pada Triwulan IV 2011 dan 2012, ungkap dia, NPL Jabar sebesar 2,40 persen. Tahun berikutnya (2013), lanjut dia, naik menjadi 2,50 persen.

Tingginya NPL perbankan di Jabar pun terjadi pada sektor perbankan syariah. Bahkan, bebernya, NPL perbankan syariah atau Non-Performing Financing (NPF) di Jabar melebihi NPL perbankan konvensional. “Hingga triwulan IV 2014, NPL perbankan syariah mencapai 4,5 persen. Khusus perbankan konvensional, NPL-nya sebesar 2,5 persen. Tingginya NPF di Jabar terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu kurang lancar, meragukan, dan macet,” paparnya.

Lalu, bagaimana dengan 2015? Riza berharap, tahun ini, terjadi perbaikan NPL perbankan di Jabar, baik konvensional maupun syariah. Untuk itu, tegas dia, pihaknya senantiasa mengingatkan seluruh industri perbankan supaya terus memperbaiki kinerjanya dan juga selektif ketika menentukan calon debitur.

Mengenai nilai pembiayaan di Jabar, Riza menyebutkan, selama 2014, secara total, kredit perbankan di Jabar senilai Rp 305,2 triliun. Mayoritas, yaitu senilai Rp 279,37 triliun di antaranya, dikucurkan perbankan konvensional. Sisanya, tambah dia, senilai Rp 25,87 triliun digelontorkan perbankan syariah.

Total kredit di Jabar selama 2014 tersebut melebihi pencapaian tiga tahun sebelumnya. “Pada 2011, total kredit senilai Rp 161 triliun. Tahun berikutnya (2012) naik menjadi Rp 219,08 triliun. “Sementara tahun lalu, angkanya Rp 266,95 triliun,” tutup Riza.

Mengenai dana pihak ketiga (DPK), Riza mengimbuhkan, nilai totalnya hingga triwulan IV sebesar Rp332,49 triliun. Komposisinya, terang Riza, dana mahal, yaitu deposito, bernilai Rp131,29 triliun, dan dana murah, yang terdiri atas tabungan sebesar Rp141,83 triliun, serta Giro sejumlah Rp59,39 triliun. (ADR)

 

Related posts