
Kader Perempuan yang tergabung dalam Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) bertekad akan terus memperjuangkan hak-hak perempuan dalam politik. Namun untuk mencapai kesetaraan politik itu dirasakan butuh perjuangan yang sangat panjang. Banyak tantangan yang mesti dihadapi, mulai persepsi terhadap perempuan politik, kendala budaya, hingga soal kompetensi perempuan sendiri yang harus bertarung bebas dalam politik. Bagaimana cara mendobrak semua itu? Apa yang mesti dilakukan, simak percakapan khusus dengan Ketua KPPG, Dr. Ulla Nuchrawaty berikut ini:
Bagaimana anda melihat kiprah politik perempuan dewasa ini?
Perempuan politik adalah asset yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Laki-laki tidak boleh merasa dirinya sudah hebat tanpa perempuan. Sebab tanpa dukungan dan sumbangsih perempuan, laki-laki tetaplah tidak akan sempurna dan sukses dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, menurut hemat saya perempuan juga bukan sekadar melengkapi keberadaan laki-laki belaka, namun sejatinya juga menentukan suksesnya pembangunan suatu bangsa. Tiada laki-laki yang sukses tanpa perempuan hebat dibelakangnya atau disampingnya, bukan?
Jadi perempuan tetaplah penting dalam dunia politik praktis?
Tentu saja sangat penting. Apalagi dengan semakin majunya pendidikan nasional, kualitas perempuan makin meningkat. Kondisi ini secara otomatis akan mendorong perempuan untuk ikut bertanggungjawab memberi sumbangsih pada pembangunan. Perempuan harus ikut menentukan wajah pembangunan Indonesia yang lebih baik dan ramah terhadap perempuan. Politik yang tidak ramah terhadap perempuan dan anak-anak akan merusak wajah pembangunan manusia secara keseluruhan.
Maksud anda bagaimana, bisa lebih spesifik?
Begini ya, perempuan itu adalah ibu dari anak-anak bangsa Indonesia. Dalam ajaran agama, perempuan itu justru disebut sebagai tiang negara (imadul-bilad), saking pentingnya peran perempuan itu dalam kehidupan ini. Contohnya, kalau seorang ibu pintar, maka mereka akan memberikan makanan yang berkualitas dan gizi yang cukup untuk anak-anak mereka. Dengan demikian akan lahir generasi bangsa yang berkualitas. Begitu pula sebaliknya jika perempuannya bodoh, maka akan suramlah bangsa itu. Jadi perempuan itu kunci kemajuan suatu bangsa.
Menarik sekali, namun apa hubungannya dengan keaktifan perempuan dalam politik?
Politik itu sejatinya bukan hanya urusan laki-laki. Oleh sebab itu perempuan harus juga membantu laki-laki dalam urusan politik. Dalam konteks itu perempuan tidak perlu melawan laki-laki, meskipun laki-laki terkadang masih banyak yang stereotype melihat wanita sebelah mata. Mereka menyangka bahwa wanita tidak harus berpolitik praktis, namun banyak juga laki-laki yang memandang bahwa tugas-tugasnya sebagai pemimpin tidak bias berhasil tanpa keterlibatan perempuan dalam politik praktis. Sebab pada kenyataannya banyak sekali program partai politik dan program pemerintah yang membutuhkan keterlibatan perempuan dalam politik. Untuk itu perempuan tidak harus melawan laki-laki, namun harus saling bersinergi, saling mengisi kekurangan diantara keduanya untuk mencapai tujuan.

Misalnya seperti apa, bisa anda beri contohnya?
Kalau misalnya pemerintah akan menyukseskan program keluarga berencana nasional, program itu tidak mungkin berhasil tanpa peran perempuan. Mulai dari usaha sosialisasi pentingnya program tersebut, menyadarkan perempuan tentang pentingnya asupan gisi yang baik, kesehatan reproduksi, penyakit terkait wanita dan sejenisnya. Bagaimana cara menyadarkan perempuan akan semua itu dibutuhkan peran serta perempuan, butuh suara perempuan, butuh cara-cara ala perempuan. Itu hanya satu masalah, sedang masalah lainnya sangat banyak yang butuh kiprah perempuan politik. Jadi peran perempuan politik itu tidak bisa dilihat sebelah mata.
Apa tantangan yang dihadapi perempuan saat ini terkait kiprah politik mereka?
Masih banyak sekali. Dari aspek kualitas perempuan politik kita saat ini masih jauh dibawah pendahulunya. Kita ambil contoh saja di Parlemen. Suara perempuan parlemen kita masih memprihatinkan. Suara mereka melempem, tidak bunyi dan belum mampu memberi pengaruh yang signifikan dalam menentukan kebijakan. Dahulu kita pernah punya perempuan parlemen seperti Aisyah Amini dari PPP yang hebat, lalu kita kenal juga sosok Fatimah Ahmad dari PDI, dan sosok yang lain. Dari sisi kuantitas mereka sedikit, namun kualitas mereka sangat mumpuni sebagai perempuan politik. Mereka sangat terlihat menguasai masalah. Dengan demikian kehadiran mereka di parlemen terlihat kontributif dan memberi pengaruh yang signifikan dalam pengambilan kebijakan penting di parlemen kita.
Seberapa besar animo perempuan untuk masuk dalam politik praktis?
Saya melihat trendnya akan semakin meningkat meskipun tingkat keterpilihannya masih belum signifikan. Jadi meskipun trend-nya meningkat karena adanya UU Pemilu yeng memaksa representasi politik perempuan sudah ditentukan 30%, namun dari sisi jumlah yang berhasil masuk ke parlemen atau menjadi kepala daerah masih relatif kecil dibanding kandidat laki-laki. Hal ini membutuhkan perjuangan keras untuk mewujudkannya.

Seperti apa pencapaian perempuan dalam meraih jabatan di eksekutif?
Kalau kita lihat, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dari perempuan hanya 116 calon atau 7,32 % dari jumlah keseluruhan 1.584 calon di Pilkada serentak Desember 2015. Fakta ini menunjukkan harapan terhadap menguatnya kepemimpinan perempuan masih sulit tercapai.
Apa strategi Anda sebagai Ketua KPPG untuk mendorong politisi perempuan?
Kami di KPPG sudah meluncurkan sekolah Politik Kader Perempuan yang telah diresmikan oleh Ketua Umum, pada Oktober 2016 lalu. Saya berharap dengan berdirinya sekolah itu akan muncul politisi perempuan Partai Golkar yang semakin berkualitas, mampu menguasai masalah yang ada dalam masyaarakat, bangsa dan Negara. Dengan demikian kehadirannya dalam panggung politik nasional menjadi semakin diperhitungkan dan bermanfaat. Itu saja harapan saya. (Jos)