JABARTODAY.COM – BANDUNG — Dalam sektor jasa keuangan, kehadiran Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk BPR Syariah (BPRS), memang dapat meningkatkan akses keuangan pada masyarakat. Namun, bukan berarti kehadiran BPRS tidak digalyuti beragam permasalahan.
Salah satu hal yang masih dan sepertinya harus menjadi perhatian serius BPRS adalah tingginya NPL (Non-Performing Loans) atau kredit bermasalah. “NPL BPRS di Jabar tergolong tinggi,” tandas Kepala OJK Kantor Regional Jabar, Sarwono, pada Pertemuan Tahunan Jasa Keuangan 2018 di Hotel Intercontinental Bandung.
Sarwono mengutarakan, sejauh ini, pihaknya mencatat, NPL BPRS di wilayah kerjanya mencapai level 7,00-8,83 persen. Melihat kondisi itu, Sarwono menegaskan, hal tersebut perlu mendapat perhatian serius.
Namun, di balik tingginya NPL, Sarwono meneruskan, BPRS mencatat pertumbuhan positif. Diungkapkan, data menunjukkan, asset BPRS di Jabar tubuh sebesar 7,27 persen. Kemudian, lanjutnya, dana pihak ketiga (DPK) naik 7,00 persen. Sementara pembiayaan, sahutnya, tumbuh 9,48 persen. (win)