Sepertinya, apa yang menjadi keinginan mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta itu sulit terealisasi. “Tidak mudah untuk mewujudkan keinginan Bapak Presiden,” tandas Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Indag) Jabar, Hening Widiatmoko, pada sela-sela Operasi Pasar Murah Perum Bulog Divre Jabar di Museum Negeri Sri Baduga, Jalan BKR Bandung, Rabu (8/6).
Widi, sapaan akrabnya, menilai di antara kenaikan harga komoditi-komoditi, daging sapi yang paling dicermati. Widi menegaskan, menurunkan harga jual daging sapi hingga sesuai keinginan presiden bukan perkara mudah. Bahkan, tegasnya, cenderung sangat sulit.
Pasalnya, jelas Widi, kebergantungan pada impor pun cukup tinggi, terutama di 3 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jabar, dan Banten. Selain itu, tambahnya, sejak Januari 2016, harga jual daging sapi mencapai Rp 100 ribu ler kilogram. Seiring dengan perkembangan, harga jualnya pun turut naik.
Hal lainnya, tuturnya, masyarakat lebih terbiasa mengonsumsi daging sapi segar. Sedangkan harga jual daging sapi segar tergolong tinggi. Itu terjadi karena rantai distribusi yang panjang. Menurutnya, salah satu upaya menyikapi hal itu, idealnya, pemerintah memangkas rantai distribusi.
Upaya memangkas rantai distribusi, cetus dia, harus benar-benar serius dan total. “Tidak hanya pada level kota-kabupaten, tetapi terintegrasi mulai pusat, provinsi, hingga kota-kabupaten sehingga hasilnya pun optimal dan manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” pungkas Widi. (ADR)