Secara global, lanjut Aldian, perekonomian tidak banyak mengalami perubahan. Karenanya, sambung dia, negara ini tidak bisa bergantung pada pasar global. Namun, sambuing dia, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk lebih menggairahkan ekonomi nasioanl. Di antaranya, siap menggelotorkan dana belanja modal senilai Rp 313 triliun untuk pembangunan infrastruktur.
Hal lainnya, kata Alfian, nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sejak beberapa waktu terakhir, terus menguat dan relatif stabll. Tidak itu saja, harga jual minyak dunia pun turun sehingga membuka peluang bagi pemerintah untuk kembali menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM). Upaya-upaya itu, jelasnya, dapat menekan inflasi sehingga ekonomi nasional lebih stabil.
Bahkan, kata dia, tidak tertutup kemungkinan, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuannya, yaitu Suku Bunga Bank Indonesia (SBI). Prediksinya, sebut dia, SBI kembali turun menjadi 6,75 persen.
Alfian berpendapat, turunnya SBI dapat membuat suku bunga deposito pun turun. Melihat kondisi itu, sebaiknya, masyarakat di negara ini melakukan diversifikasi investasi, baik dalam bentuk reksa dana, asuransi, maupun obligasi pemerintah. Diutarakan, perkembangan reksa dana di negara ini cenderung positif. Periode 2008-2014, secara rata-rata, pertumbuhan reksa dana, yang hingga 2015, kapitalisasinya mencapai Rp 275 triliun, sebesar 20 persen. “Tapi, pada 2015, pertumbuhannya melambat, yaitu sebesar 13 persen.
Dikatakan, investasi dalam reksa dana dapat memberi benefit bagi para nasabahnya. Itu karena, jelasnya, tingkat suku bunganya yang menarik, yaitu 7-8 persen. “Yang paling diminati investor adalah reksa dana saham karena memang produknya menarik,” tutupnya. (ADR)