Prospektif, Pertumbuhan Hotel Sulit Dihentikan

jabartoday.com/net
jabartoday.com/net

JABARTODAY.COM-BANDUNG
Tidak dapat dipungkiri, Jabar, khususnya, Kota Bandung memiliki daya tarik pariwisata yang luar biasa. Tidak heran, apabila kota berjuluk Parisj van Java ini sudah menjadi salah satu main destination pariwisata di tanah air. Buktinya, hampir setiap weekend, bahkan long weekend, Kota Kembang senantiasa disesaki pengunjung dan wisatawan, baik wisatawan domestik (wisdom) maupun wisatawan mancanegara (wisman).

Bagi para pebisnis hotel, kondisi itu dapat menjadi sebuah peluang. “Kebutuhan kamar hotel di kota ini (Bandung) masih cukup tinggi. Setiap weekend utamanya long weekend, tidak sedikit pelancong yang sulit memperoleh kamar. Ini menjadi daya tarik investor untuk membangun hotel baru di Bandung,” tandas Pengamat Pariwisata dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Liga Suryadana, saat Grand Launching Fabu Hotel, Jalan Kebon Jati, Bandung, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, pada masa mendatang, industri perhotelan masih berprospek. Padahal, kata dia, setiap tahunnya, di Bandung, berdiri hotel baru, yang menyebabkan persaingan pun kian ketat. Meski demikian, hal itu tetap menjadi daya tarik bagi para pebisnis dan pemodal.

Diutarakan, ada beberapa indikator yang menunjukkan para pelaku bisnis hotel yang mampu bertahan pada era persaingan ketat. Yaitu, sebut dia, kemampuan manajemennya untuk menciptakan tarif kompetitif. Lalu, menawarkan produk, program, dan branding yang menarik.

Masih terbukanya peluang pasar bagi perhotelan, lanjutnya, juga didasari adanya kebijakan pemerintah pusat yang membebaskan visa kunjungan bagi lima negara. Hal itu, tambahnya, dapat menjadi trigger pertumbuhan dunia perhotelan.

Lalu, bagaimana dengan adanya pembatasan kegiatan pegawai negeri sipil (PNS) pada hotel-hotel? Liga berpendapat, putusan itu tidak menjadi sebuah alasan kuat bahwa bisnis hotel melemah. Itu karena, tujuan pembangunan hotel adalah untuk dunia pariwisata. Artinya, jelas dia, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

“Pemerintah merupakan bagian pasar perhotelan. Memang, saya kira, pembatasan bagi PNS beraktivitas di hotel ada dampaknya, terutama pada tingkat hunian kamar (okupansi). Tapi, tentunya, para pebisnis hotel harus lebih kreatif menciptakan pasar baru. Misalnya, menyasar sektor korporasi, asosiasi, atau lainnya,” tutup dia. (ADR)

Related posts