Pengembangan SDM Sebagai Aset

Oleh: Amanudin

Sumber daya manusia merupakan komponen vital bagi sebuah institusi, karena sumber daya manusia menjadi pelaksana utama aktivitas manajerial dan operasional di institusi. Elemen lain di institusi, seperti uang, mesin, dan modal lainnya, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan yang namanya manusia.

Oleh karena itu pemeliharaan sumber daya manusia di institusi menjadi faktor penting, agar aktivitas dapat berjalan secara efisien dan efektif, dan mampu mencapai tujuannya. Keterkaitan atau hubungan antara pegawai dan manajemen ini mampu menghasilkan suatu output, yaitu kualitas kerja pegawai yang baik dan tentunya akan menjadikan institusi lebih maju dan bekembang dengan baik.

Pengembangan sumber daya manusia adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh institusi, agar pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Mengembangkan pengetahuan para sumber daya manusia berarti meningkatkan kemampuan mereka untuk lebih mengenal dan memahami; Seluk-beluk pelaksanaan pekerjaan agar lebih mendalam, Perkembangan institusi dari waktu ke waktu, Sasaran yang akan dicapai institusi sesuai Visi dan Misi-nya, Perlunya kerja sama dalam melaksanakan pekerjaan, Informasi yang disampaikan institusi, Kesulitan-kesulitan yang dihadapi institusi, Hubungan institusi dengan lingkungannya, Kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam institusi, Sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas institusi, Perilaku pegawai yang mendukung dan dituntut oleh institusi,

Kita sering mendengar  pimpinan sebuah institusi berkata bahwa “sumber daya manusia merupakan aset institusi yang paling berharga” mungkin dapat ditafsirkan bahwa sebuah institusi memiliki berbagai aset seperti tanah, gedung, kendaraan atau mesin produksi, peralatan kantor, dan lain-lain namun semua aset tersebut tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan menghasilkan apa-apa bila tidak digerakkan oleh yang namanya manusia. Agar institusi dapat memproduksi sesuatu yang dapat dijual, maka institusi membutuhkan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Semua aset tersebut kecuali sumber daya manusia bisa dibeli dengan mudah oleh institusi yang memiliki modal cukup untuk membelinya. Namun tidak demikian halnya dengan sumber daya manusia, tidaklah mudah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang sesuai dan mumpuni sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan oleh institusi. Karena itulah sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga.

Beberapa faktor mendasar  yang mempengaruhi produktifitas pegawai antara lain adalah sikap (attitude), pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) dan terakhir adalah paket remunerasi. Dimana sikap atau attitude seseorang terbentuk melalui proses yang cukup panjang, beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah pendidikan termasuk lingkungan tempat dia berada, pengalaman dll. Karena itu lebih disarankan untuk merekrut pegawai yang telah memiliki sikap yang diharapkan sesuai kriteria institusi dari pada berusaha membentuknya. Kalau perlu gunakan jasa psikolog dalam proses seleksi untuk mendapatkan pegawai yang memiliki attitude baik dan sesuai yang diinginkan institusi.

Pengetahuan dan keterampilan umum seperti sales, customer service, accounting, keuangan, pajak, administrasi bisa dipelajari diluar institusi, maksudnya bisa diharapkan dari pegawai yang direkrut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Bila ternyata level pengetahuan dan keterampilan belum memadai, institusi bisa memberikan inhouse training, atau mengirim pegawai tersebut untuk mengikuti training di luar institusi.

Jika seorang pemimpin institusi mengatakan bahwa pegawai adalah aset yang paling penting dan berharga maka dia sudah menempatkan sumber daya manusia institusi di dalam budaya organisasi yang kuat. Dimana tidak lagi memperlakukan pegawai seperti biaya, atau menjadikan sumber daya manusia sebagai pusat biaya, melainkan sebagai pusat penghasil nilai tambah, karena manusia korporasi sudah dianggap sebagai aset produktif yang penting di dalam sebuah institusi.

Sumber daya manusia yang telah terlatih dan menunjukan produktivitas yang tinggi perlu diberikan paket remunerasi yang sepadan, biasanya lebih tinggi dari harga rata-rata di pasaran kerja untuk posisi yang sama. Hal ini perlu dilakukan agar pegawai tersebut tidak mudah tergoda oleh tawaran atau iming-iming dari institusi lain. Institusi yang sadar akan aset potensial ini tentunya akan memberikan penghargaan yang baik kepada setiap pegawai atau sumber daya manusia yang dimilikinya, baik dalam bentuk remunerasi ataupun kenyamanan dalam bekerja. Sumber daya manusia tentunya akan merasa nyaman dan berusaha bekerja dengan sebaik mungkin apabila institusi memberikan kesempatan penghidupan dengan taraf hidup yang layak serta penghargaan atas karya-karya mereka dan dedikasi mereka terhadap institusi. Namun didalam prakteknya banyak institusi kurang sadar atas pentingnya aset sumber daya manusia, padahal tanpa pegawai aset-aset lainnya tidak mungkin dapat bergerak dengan sendirinya, apa jadinya jika seluruh pegawai suatu institusi tidak mau bekerja? Institusi tersebut akan mengalami penurunan baik produktifitas maupun kemapanan dan kemajuannya.

Sumber daya manusia institusi merupakan aset bukan slogan atau kata-kata orasi saja, tetapi kemampuan untuk membangun budaya organisasi yang kuatlah yang diperlukan. Hanya institusi yang mampu membumikan visi, misi dan nilai-nilai kerja menjadi perilaku kerja yang akan menghasilkan manusia-manusia aset. Semua ini memerlukan praktik bisnis yang etis dengan tata kelola yang konsisten dan profesional, termasuk kekuatan narasi institusi untuk mendeskripsikan atau menjelaskan semangat perjuangannya dan juga kemampuan untuk mengemas cerita perjuangan institusi dari titik awal hingga menjadi seperti sekarang.

*penulis adalah Dosen Manajemen SDM Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang

Related posts