
jabartoday.com/net
JABARTODAY.COM – BANDUNG
Memiliki kapasitas tinggi menjadi sebuah unsur dalam meningkatkan kinerja. Hal itu pun yang menjadi rencana besar PT Perusahaan Industri Angkatan Darat (Pindad) Persero. “Bapak Presiden mengamanatkan kami untuk terus meningkatkan kinerja dan kapasitas produksi. Itu supaya kami menjadi lebih unggul dan dapat lebih banyak berkiprah di banyak negara, tidak hanya dalam negeri,” tandas Direktur PT Pindad (Persero) Silmy Karim, usai kunjungan Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7, Joko Widodo, di PT Pindad (Persero), Jalan Gatot Subroto Bandung, Senin (12/1).
Pria yang baru menjabat Dirut PT Pindad (Persero) beberapa pekan lalu ini melanjutkan, untuk meningkatkan kapasitas, bukan perkara mudah. Satu di antaranya, sebut dia, dalam hal permodalan. Pihaknya, jelas dia, kaitannya dengan peningkatan kapasitas dan moderenisasi, membutuhkan dana besar. Angkanya, sebut dia, mencapai Rp 4 triliun.
Pihaknya, ungkap dia, mengungkapkan dan mengajukan kebutuhan itu kepada pemerintah. Responnya, sahut dia, pemerintah menyuntikkan dana senilai Rp 700 miliar. Dana itu, terang dia, adalah penyertaan modal pemerintah. Penyertaan modal itu, jelas dia, berkaitan dengan upaya mendukung rencana strategis Kementerian Pertahanan dan TNI, utamanya Angkatan Darat (AD). “Acuannya, Undang Undang 16/2012 tentang indstri pertahanan. Kami (PT Pindad) harus bisa memenuhi kebutuhan pertahanan dalam negeri. Jadi, kami harus merespon UU itu,” terang Silmy.
Menurutnya, jika produksi alat-alat pertahanan berlangsung di dalam negeri, hal itu berefek positif. Satu di antaranya, tuturnya, dalam hal penghematan devisa negara. Dia berpendapat, seandainya proses produksi alat-alat pertahanan berlangsung di dalam negeri, penghematan devisa dapat mencapai 30-40 persen.
Sejauh ini, ucap dia, mayoritas produk PT Pindad menggunakan content local. Namun, satu hal yang masih belum mengandung muatan lokal, yaitu produksi mesin. Karenanya, cetus dia, pihaknya berencana untuk memproduksi mesin. “Termasuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut. Ini seusai rencana pemerintah yang ingin memperkuat kemaritiman. Skemanya beragam. Di antaranya, dapat berupa kerjasama atau memiliki lisensi,” tuturnya.
Untuk pola kerjasama produksi mesin, Silmy menyatakan, pihaknya memperhatikan industri yang sudah existing. Hal itu, jelasnya, berkaitan dengan ketersediaan komponen dan suku cadangnya.
Soal kerjasama dengan industri sejenis dari negara lain, Silmy mengemukakan, sejauh ini, pihaknya melakukannya. Antara lain, ungkap dia, Sejauh ini bangun komunikasi dan MoU. Antara lain kerjasama dengan industri asal Belgia, yaitu CMI. Bentuknya, kerjasama produksi turret. Lalu, dengan industri asasl Jerman, yaitu produksi amunisi. (ADR)