Suatu ketika, Wu Xiaobo, seorang mantan dosen tamu dari Harvard University di wawancarai seorang wartawan dari Emerging China. Ia diminta komentarnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi China yang menggembirakan itu. Uniknya, Xiaobo justru memulai ceritanya dengan melukiskan Lu Guanqiu, seorang petani dari provinsi Xiaoshan. Guanqiu terlihat bertahun-tahun mengendarai sepeda tua di jalanan.
Nampaknya tak seorangpun yang menyadari bahwa ia ternyata sedang memungut besi bekas apa saja yang ia temukan disepanjang jalan. Pada musim gugur di tahun 1978, tutur profesor Xiaobo, Guanqiu ini mempunyai gagasan terbaik dari besi-besi yang ia kumpulkan tersebut. Ia lalu melihat kenyataan bahwa jumlah mobil di China waktu itu masih sedikit. Guanqiu lalu berfikir jauh ke depan dengan menjadikan tumpukan besi bekas itu sebagai suku cadang mobil.
Namun ia cerdas, tidak semua suku cadang ia buat. Tapi ia berkonsentrasi pada suku cadang mobil yang cepat aus. Dengan demikian, maka kebutuhan akan suku cadang itu menjadi banyak dan cepat. Masih menurut Xiaobo, untuk mendapatkan pelanggan, Guanqiu membuka kios kecil di depan pameran-pameran dagang. Sebab saat itu pameran dagang hanya diperuntukkan bagi BUMN-BUMN saja.
Lu Guanqiu nekad, ia memasang harga 20 persen lebih rendah dari harga yang ditetapkan perusahaan-perusahaan yang berpameran di dalam. Syahdan.…, perusahaan kecilnya itu pada tahun 1993 menjadi perusahaan “kotapraja” pertama yang listing di bursa saham China.
Lalu bagaimana dengan orang Madura?
Sebenarnya apa yang dilakukan Guanqiu ini nyaris sama dengan orang-orang Madura di sepanjang kawasan Priok Jakarta. Hanya saja, Guanqiu lebih berfikir jauh ke depan, sedang orang Madura Priok itu berfikir jangka pendek. Mengapa, karena Guanqiu berfikir produksi, sedang orang Madura itu berfikir transaksi. Lalu apa salahnya dengan orang Madura tadi?
Tentu saja tidak ada yang salah. Hanya saja antara Guanqiu dan orang Madura Priok itu memiliki mimpi yang berbeda. Guanqiu yang petani itu bermimpi ingin menjadi seorang industrialis, sedang orang Madura Priok itu bermimpi sebagai pedagang untuk mempertahankan hidupnya. Itu saja!!!.
Tapi lepas dari itu semua, keduanya itu adalah contoh betapa kreatifitas dan kesungguhan itu akan melahirkan suatu yang dahsyat. Orang Madura di Priok dan Guanqiu di China itu misalnya adalah contoh manusia yang dilahirkan Tuhan sebagai manusia yang mampu mengubah sesuatu yang tak berguna dan disia-siakan manusia lainnya menjadi sesuatu yang bernilai. Ia mengubah besi bekas menjadi uang baru, bukan?
Tentu tidak semua orang dari manapun asalnya yang bisa dan bersedia melakukan itu semua. Bersusah payah memunguti satu demi satu barang busuk yang tak bernilai, dikumpulkan, lalu ia ubah menjadi uang (bernilai). Lalu siapa di masa yang materialistik ini yang tak butuh uang? Mungkin hanya malaikat!