Kuntilanak Merah, Ramaikan Perfilman Nasional di Masa Pandemi

Para pendukung film Kuntilanak Merah saat pemutaran perdana di salah satu bioskop Kota Bandung, Kamis (8/4/2021) petang. (jabartoday/avila dwiputra)

MESKI masih berada ditengah pandemi Covid-19, sebuah karya anak bangsa turut meramaikan dunia sinema Tanah Air. Film garapan Wijaya Sanuaji, Kuntilanak Merah, tayang perdana di salah satu bioskop di Kota Bandung, Kamis (8/4/2021).

Co Produser, Nazamudin mengatakan, tidak mudah baginya menggarap film bergenre horor tersebut. Dia mengutarakan, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi mengingat proses pengerjaan film dilakukan ditengah-tengah pandemi.

“Semua pekerja seni tengkurap karena covid, alhamdulilah saya sama temen-temen berjibaku untuk tetap menghidupkan film‎. Mudah-mudahan akan membawa kesuksesan film-film nasional lainnya,” cetusnya.

Sang sutradara, Wijaya Sanuaji mengklaim bila genre horor masih menjadi primadona penonton Indonesia. Hal itu yang mendasari dirinya menggarap film yang identik dengan misteri dan kengerian tersebut.

“Sebelumnya saya bikin genre drama, action. Kami memilih genre horor karena genre ini banyak diminati penikmat film di Indonesia,” ungkapnya.

Wijaya menambahkan, dirinya mengambil tema tentang rasa syukur yang harus dimiliki oleh seorang istri dalam sebuah keluarga.‎

‎”Kalau masalah cerita sih saya mengangkat tema bersyukur, film ini adalah menceritakan tentang seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya. Pesan moralnya adalah jangan mempercayai hal yang musyrik dan tetap berpegang teguh pada agama,” ungkapnya.

Dia berharap, garapan film ini menjadi awalan yang bagus untuk perkembangan film di masa pandemi. ‎Wijaya menargetkan agar para pemain baru dalam film ini diberi kesempatan dan diapresiasi oleh artis senior maupun masyarakat luas, dengan talenta yang dimiliki.

“Jujur saya sebagai sutradara masih banyak kekurangan dan perlu belajar lagi, namun saya yakin film horor Indonesia dapat bersaing dengan negara lain,” imbuhnya.

Yuniayu Salova yang berperan sebagai sosok kuntilanak, mengaku dirinya tidak mengalami kesulitan sama sekali selama proses syuting. Dara cantik ini mengaku dirinya terinspirasi dengan legenda horor Tanah Air, Suzzanna.

“Karena saya passion-nya memang di akting, jadi diperankan dengan hati, gampang-gampang susah‎. Terlebih, saya mempunyai artis panutan horor yaitu Suzzanna, jadi saya berusaha menjiwai tokoh kuntilanak berdasarkan yang saya lihat di film-film beliau,” paparnya.

Sementara itu, perwakilan Persatuan Artis Film Indonesia Jawa Barat, Dewi Parta bersyukur dengan adanya tayangan perdana film di masa pandemi seperti sekarang ini. Dia berharap, insan-insan perfilman nasional tak luntur semangatnya untuk berkreasi dan berinovasi dalam memproduksi film.‎

“Sangat bangga sekali dengan adanya film perdana di kondisi pandemi Covid-19, yang mana ini bentuk apresiasi untuk memberikan semangat kepada insan-insan film di Jawa Barat. Tadi ada seni budayanya sebagai kearifan lokal, apalagi kita warga Kota Bandung, yang banyak tempat-tempat syuting luar biasa. Kita pun mengajak insan film di Jawa Barat untuk lebih kuat, tangguh, dan terus berkarya di masa pandemi,” jelasnya. (*)

Related posts