Sejak hampir satu dekade terakhir, Kota Bandung menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Buktinya, tidak hanya wisatawan domestik yang berkunjung ke Kota Kembang, tetapi juga wisatawan mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, bahkan wisatawan-wisatawan asal beberapa negara Eropa dan Asia lainnya.
Selain menjadi tujuan wisata, sejak beberapa tahun terakhir pun, Kota Bandung menjadi kota bisnis, yaitu kota transaksi. Adanya perkembangan itu karena Kota Bandung lebih mengandalan sumber daya manusia (SDM) daripada sumber daya alam (SDA). “Bandung tidak punya SDA. Bandung hanya punya SDM. Itu (SDM) yang harus dioptimalkan Bandung,” ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Bandung, Deden Y. Hidayat, di Graha Kadin Kota Bandung, Jalan Talagabodas 31 Bandung, belum lama ini.
Namun, kata Deden, sebaiknya, Kota Bandung menyiapkan SDM-SDM yang berkualitas serta dilengkapi sertifikat. Pasalnya, jelas dia, seiring dengan bergulirnya agenda ASEAN Economic Community (AEC) pada 2016, persaingan kian ketat, tidak hanya dalam hal produk, tetapi juga SDM.
Menurutnya, jika negara ini, pada umumnya, khususnya Kota Bandung, tidak menyiapkan SDM unggul bersertifikat, tidak tertutup kemungkinan, mayoritas publik di Kota Bandung hanya menjadi ‘penonton’ ketika ajang AEC bergulir. Karenanya, Kota Bandung harus bergerak.
Deden berpendapat, jika ingin menjadi kota jasa, Bandung sebaiknya berkaca dan mencontoh Singapura. Di negara itu, ujar Deden, jumlah pelaku usaha yang bergerak pada sektor jasa mencapai 22 persen. Sedangkan Kota Bandung sekitar 2 persen. “Idealnya, sekitar 18 persen,” tuturnya.
Untuk berkembang menjadi kota jasa, Deden menilai perlu adanya dukungan semua pihak, termasuk perbankan. Bagaimana tidak, lanjut dia, sampai saat ini, masih banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor jasa yang sulit memperoleh akses perbankan. “Ada pemeo, bahwa yang memperoleh kredit perbankan adalah orang kaya, yang punya agunan,” selorohnya.
Melihat hal itu, Deden berpendapat, Kota Bandung perlu memiliki lembaga BUMD penjamin kredit. Tujuannya, jelas dia, untuk memberikan jaminan kredit kepada para pelaku UMKM. “Kehadiran lembaga itu pun supaya para pelaku UMKM Kota Bandung, termasuk yang bergerak pada bidang jasa, dapat lebih berdaya saing saat AEC bergulir,” tutup Deden. (ADR)