Partai politik yang berlandaskan Islam harus mulai memunculkan ide besar bagi kemajuan Indonesia. Parpol-parpol tersebut jangan terpaku atas identitas ke-Islamannya yang akhirnya mengalami dekadensi di kancah politik nasional. Itulah poin penting yang muncul dalam diskusi yang diadakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Gedung Indonesia Menggugat, Sabtu (29/3/2014), dalam rangka memperingati milad ke-16.
“Kenapa kita memilih diskusi? Karena KAMMI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat,” tukas Kepala Departemen Kebijakan Publik KAMMI Kota Bandung, Davin Arvianda.
Davin mendambahkan, di momentum Pemilihan Umum, pihaknya berharap bukan hanya terjadi pergantian kepemimpinan, tetapi juga menjadi ruang konsolidasi bersama untuk menentukan arah Indonesia di masa mendatang.
“Mengapa kita berdiskusi tentang parpol Islam? Karena kita melihat fenomena menarik dari parpol Islam sendiri. KAMMI organisasi mahasiswa yang berlandaskan Islam, mengapa parpol Islam terus-menerus merosot, apakah parpol islam berdiskusi tentang Islam saja? Padahal secara sejarah parpol Islam ini sempat menjadi parpol besar di indonesia,” urai Davin.
Fenomena parpol yang berlandaskan Islam sulit meraup suara dibanding partai nasionalis menjadi salah satu kegelisahan bagi KAMMI. Maka itu, Davin menyatakan, pihaknya ingin menampilkan ke publik, bahwa parpol Islam bisa mempunyai ide besar bagi kemajuan bangsa. “Di sisi lain, kita ingin melihat kesiapan parpol Islam ini punya ide besar atau tidak,” sambungnya.
Seluruh parpol berazaskan Islam diundang dalam diskusi tersebut, namun hanya Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Bulan Bintang yang hadir, sedangkan Partai Keadilan Sejahtera berhalangan. PPP sendiri diwakili Lia Noer Hambali, Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung. PBB oleh Latief Awaludin, calon anggota DPR-RI. (VIL)