Garuda Indonesia Melengkapi Liburan Keluarga Saya

Foto BagusOleh Bagus Subagja

Pemenang III Lomba Menulis “Seribu Kesan Terbang Bersama Garuda” PT. Garuda Indonesia-Jabartoday.com

JABARTODAY.COM-BANDUNG. Begitu indah bumi Priangan dilihat dari cakrawala di mana kami berada saat beberapa saat kami lepas landas. Indahnya cakrawala yang saya nikmati tidak akan muncul tanpa rasa nyaman yang saya rasakan. Sejak awal duduk di pesawat ini, kami telah merasakannya. Nyamannya tempat duduk adalah rasa yang mengawali pengalaman kami terbang dari Bandung menuju Batam. Kami beruntung telah memakai layanan maskapai Garuda Indonesia.

Saya Adi, berumur 32 tahun tinggal dan berkarir di Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. Kepulauan Anambas pernah dinyatakan sebagai kepualauan paling eksotis se-Asia Tenggara. Pulau Jemaja, Pulau Bawah, dan Pulau Durai adalah pulau yang dinobatkan memiliki pantai dan bawah laut yang sangat indah. Keindahan kepulauan ini tidak banyak diketahui, bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Namun, beberapa investor asing yang tertarik untuk mengembangkan wisata bahari di sini. Bahkan, Pulau Bawah akan dikembangkan sebagai pulau di kawasan tropis tereksotis oleh pihak swasta. Seharusnya saya dan keluarga tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk berwisata ke tempat-tempat yang indah. Hanya saja, untuk mendapatkan sensasi berbeda di liburan kali ini, saya dan keluarga memutuskan untuk berlibur ke Bandung. Kota Bandung yang memiliki ribuan pesona alam dan budaya, ribuan sejarah dan kenangan.

Pada 24 Desember 2014, saya beserta anak dan isteri, memulai perjalanan dari Kepulauan Anambas ke Bandung. Tidak ada pesawat ataupun kapal laut yang langsung menuju Bandung. Dari rumah kami di Pulau Mubur, kami harus menggunakan pompong—motor laut yang menggunakan mesin diesel—menuju Pulau Matak, pulau yang tepat berada di depan Pulau Mubur. Pulau Matak adalah satu-satunya pulau yang memiliki bandara di Kepulauan Anambas. Kami biasa menyebutnya “Bandara Matak,” padahal bandara tersebut adalah milik perusahaan minyak swasta ternama yang telah banyak mendirikan pengeboran minyak di Kepulauan Anambas. Dari Bandara Matak kami terbang ke Tanjung Pinang. Maskapai yang kami tumpangi adalah maskapai komersil satu-satunya yang terbang dari Bandara Matak. Tidak sampai satu jam, kami telah sampai di Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang. Di Tanjung Pinang kami harus menginap, karena jadwal penerbangan kami berlangsung esok harinya.

Pagi hari kami harus cek-out dari hotel di mana kami menginap, maksud untuk tidak terlambat menuju bandara. Penerbangan dari Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah kami tuju ke Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta. Dua jam adalah waktu yang kami tempuh untuk terbang menuju Bandara Sukarno-Hatta. Penerbangan kami tidak langsung menuju ke Bandara Landasan Udara Husein Sastranegara, Bandung. Sehingga, kami harus menggunakan jasa travel untuk dapat sampai di Bandung via tol Cipularang.

Waktu tempuh Jakarta menuju Bandung via Tol Cipularang adalah hal yang paling sukar diprediksi. Memang, perjalanan normal dari pintu tol Cikampek menuju pintu tol Pasteur adalah dua jam. Namun, saat musim liburan seperti ini—di mana kota Bandung telah menjadi “lautan mobil—“ kemacetan parah menjadi penghias kota Bandung. Pintu tol Pasteur yang menjadi pintu utama menembus kota Bandung macet total! Mobil dari kota lain, khususnya Jakarta terpaksa mencari pintu tol alternatif lain, ada yang menggunakan; pintu tol Baros, pintu tol Kopo, atau pun Buah Batu. Karena tujuan menginap kami sekeluarga adalah Jatinangor, kami keluar lewat pintu tol Cileunyi yang juga tidak lepas dari kemacetan.

Total perjalanan kami dari Jakarta menuju Bandung adalah empat jam. Perjalanan ke Bandung bukan suatu perjalanan yang mudah bagi kami. Perjalanan yang melelahkan dari Kepulauan Anambas ke Bandung membuat kami berandai-andai, seandainya ada akses transportasi yang lebih mudah untuk menempuh perjalanan sejauh ini.

Saya, isteri, dan anak saya yang masih balita menginap di hotel yang berada di kawasan Jatinangor. Ada supir pribadi sahabat saya yang siap mengantar-jemput kami, jika kami ingin keliling kota Bandung. Bandung bukan kota yang asing bagi saya, karena hampir tiap tahun saya melakukan perjalanan dinas studi banding ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) Regional III Jawa Barat. Namun, bagi Memi, isteri saya, dan Icha, anak saya, ke Bandung adalah pengalaman pertama.

Kota Bandung menyajikan suasana yang sangat berbeda dengan Kepulauan Anambas. Alam yang sejuk hingga ke pusat kota membuat kami nyaman berwisata di kota yang memiliki julukan “Kota Kembang” ini. Kota yang dua tahun terakhir ini memiliki banyak taman yang begitu mudah diakses oleh wisatawan luar maupun masyarakat Bandung sendiri. Selama empat hari kami mengelilingi kota Bandung, mulai dari wisata alam di Bandung Utara; wisata belanja dan kuliner di pusat kota Bandung; hingga wisata sejarah di museum-museum sampai Gedung Merdeka. Tidaklah menjadi suatu yang mengherankan jika kota Bandung menjadi magnet wisatawan asing maupun lokal.

Saya pikir kemampuan kota Bandung yang menjadi magnet wisatawan dari berbagai tempat harus juga ditunjang dengan kemampuan transportasi yang mudah dan nyaman sebagai akses keluar-masuk kota Bandung. Jalanan yang macet mungkin menjadi salah satu penyebab utama banyak calon wisatawan mengurungkan niatnya untuk pergi ke Bandung. Transportasi udara adalah alternatif paling efektif bagi para wisatawan untuk memasuki kota Bandung.

Setelah maskapai Garuda Indonesia baru membuka jalur penerbangan Bandung-Batam dan saya langsung tertarik untuk menggunakan jasa transportasi yang ditawarkan Garuda Indonesia. Sejak dahulu, Garuda Indonesia memang mengedepankan pelayanan yang optimal bagi para konsumen. Saya membeli tiket lewat layanan online untuk penerbangan Bandung ke Batam sehari sebelum kami berangkat ke Bandung. Tiket yang saya pesan untuk tanggal 30 Desember 2014 pukul 14.00 WIB. Selain nyaman dan memberikan pelayanan yang optimal dari pihak maskapai, harga tiketnya pun terjangkau. Tidak ada alasan bagi saya untuk memilih maskapai lain untuk perjalanan wisata keluarga.

Setelah satu jam kami berada di Bandara Landasan Udara Husein, akhirnya tiba watunya untuk take off. Tepat pukul 14.00 WIB, pesawat terbang landas. Tidak ada kata “keterlambatan penerbangan” dari pihak maskapai merupakan salah satu komitmen orientasi pelayanan dari pihak maskapai Garuda Indonesia bagi para konsumen. Hal yang sangat saya apresiasi.

Fasilitas dalam pesawat sangat optimal. Seat yang luas dan pelayanan pramugari yang ramah begitu membekas di hati kami. Ditambah dengan suasana yang tenang, membuat kami sangat beruntung memilih maskapai Garuda Indonesia. Saya dan istei begitu menikmati kenyamanan satu setengah jam perjalanan ini, Icha pun tidak rewel dan terlihat nyaman. Kami mendarat di Bandar Udara Hang Nadim, Batam, sekitar pukul 15.30 WIB.

Sesampainya di Batam, kami tidak langsung pergi pulang ke Kepulauan Anambas melainkan melewati pergantian tahun di Batam. Tanggal 2 Januari 1015 barulah kami pulang ke Kepulauan Anambas menggunakan pesawat jalur penerbangan Batam-Anambas.

Perjalanan bersama keluarga kecil saya menjadi lebih berkesan berat Garuda Indonesia. Maskapai Garuda Indonesia telah melengkapi liburan kami. Pengalaman terbang bersama Garuda Indonesia begitu membekas dalam ingatan dan hati saya bersama keluarga. Saya sangat berharap memiliki kesempatan untuk liburan lagi ke Bandung suatu saat nanti dan saya percaya Garuda Indonesia akan melengkapi liburan saya beserta keluarga. Terima kasih Garuda Indonesia. []

Related posts