Oleh Dr. Iman Subasman
Pegiat ICMI Orda Kuningan, Jawa Barat.
Pada tulisan yang lalu saya menuliskan bahwa ketidakpastian adalah energi, karena ia mampu menggerakan potensi-potensi soft skill dalam diri manusia. Pada tulisan kedua saya ingin ungkapkan bahwa dengan ketidakpastian memunculkan aktiftas yang mengagumkan.
Ikhtiar
Ketidakpastian mendorong manusia untuk melakukan usaha sesuai dengan potensi yang ia miliki. Sebaliknya kepastian itu akan mendorong bersikap stag, ungkapan yang sering disampaikan” jika tahu usaha saya akan gagal kenapa harus repot-repot berusaha toh akhirnya juga akan gagal, jikapun sudah tahu akan sukses mengapa saya harus bersusah payah karena saya tidak bertindak apapun juga akan sukses. Namun adanya ketidakpastian akan mendorong manusia untuk ikhtiar.
Tawakal
Ikhtiar yang dilakukan manusia adalah ketidakpastian karena tidak ada jaminan untuk berhasil. Namun menyerah dengan sangkaan akan berhasil atau gagal adalah kebuntuan. Ikthiarlah sekeras potensi yang dimiliki namun hati tetap menyerahkan semuanya kepada kuasaNya. Menyerahkan semua kepada sang Maha Kuasa setelah berikhtiar adalah sikap yang mengagumkan, sekaligus sikap yang mulia yang menunjukkan sehebat apapun ia tetaplah hanya sebagai makhluk yang hanya bisa berikhtiar.
Pertolongan Allah SWT
Ketidakpastian juga mendorong untuk menumbuhkan kebutuhan terhadap doa. Doa adalah salah satu penawar yang kuat dan indah. Doa setelah melakukan ikhtiar dan menyerahkan semua keputusan kepada kehendakNya adalah energi. Ulama mengatakan, doa saat dirimu merasa pada titik terlemah itulah doa yang terkuat pada Robbmu.
Penyerahan diri
Sehebat apapun usahamu tak akan merubah apa yang digariskan olehNya. Banyak orang yang berusaha namun banyak yang menemui kegagalan. Banyak kiat sukses yang ditawarkan ternyata tak ada jaminan akan mendapat sukses yang serupa. Sikap terbaik atas semuanya adalah menyerahkan diri semua urusan kepada pemilikNya. Banyak orang sholeh mengatakan banyak doa yang tak terkabul diantaranya karena masih ada lintasan dalam hati, bahwa ia merasa kuasa atas dirinya padahal yang kuasa atas diri manusia adalah Allah SWT.
Ketergantungan
Ketidakpastian akan membawa pada sikap bergantung hanya pada Allah SWT dan itulah salah satu dari puncak kearipan dalam diri. Ia sadar bahwa segalanya adalah kehendakNya dan sikap itu mendasari untuk selalu berbaik sangka pada Allah SWT. Perlahan-lahan sikap itu menginternal dalam diri, berupa penghambaan padaNya. Setelah semua itu terjadi dan memadu dalam diri pantaslah ia menjadi seorang hamba yang dicintaiNya, dalam itu kemuliaan sekaligus mengagumkan.***