Kondisi tersebut membuat penyerapan beras yang menjadi tugas utama Perum Bulog mengalami kendala. “Tentu saja, banjir yang menerjang areal pertanian di Indramayu itu berdampak pada penyerapan,” tandas Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jabar, Alip Affandi, di tempat kerjanya, Graha Sativa Perum Bulog Divre Jabar, Jalan Soekarnohatta Bandung.
Kendati demikian, lanjut Alip, dalam hal penyerapan, pihaknya tidak hanya mengandalkan areal persawahan di Jabar. Pasalnya, jelas dia, berdasarkan peraturan, pihaknya menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Bulog. “Nah, mitra-mitra itulah yang bekerjasama dengan kami melakukan penyerapan. Lokasinya di areal pertanian, tidak hanya di Jabar. Mitra-mitra itu bisa saja melakukan penyerapan di daerah lain,” ucapnya.
Adanya kerjasama kemitraan itu, Alip menyatakan, pihaknya tetap optimistis tetap dapat melakukan penyerapan sesuai dengan prognosa pemerintah. Diutarakan, tahun ini, target prognosa penyerapan beras Jabar yang ditetapkan Perum Bulog sekitar 650 ribu ton.
Berbicara tentang stok beras, Kepala Humas Perum Bulog Jabar, Wahyu Puspa Yutha, menambahkan, stok beras aman sampai April 2016. Akan tetapi, sambungnya, demi menjaga ketersediaan, pihaknya terus melakukan penyerapan melalui mitra-mitra.
Pihaknya, kata Wahyu, memperkirakan, panen berlangsung pada Maret. Apabila perkiraan itu tepat, lanjutnya, pihaknya sangat siap menyerapnya. Ini berarti, jelas Wahyu, ketahanan stok menjadi lebih lama.
Wahyu mengemukakan, penyerapan tersebut tidak hanya pada beras medium. Akan tetapi, lanjutnya, pihaknya pun menyerap beras premium. Khusus beras premium, Wahyu mencetuskan, pihaknya siap menyerap lebih banyak daripada tahun lalu. Pada 2015, volumenya sekitar 90 ribu ton. Tahun ini, ungkapnya, naik menjadi 100 ribu ton. (ADR)