Tentunya, bagi sektor dunia industri dan usaha, kondisi itu merugikan. “Ya. Benar. Kondisi ini membuat industri dan dunia usaha mengalami kerugian yang tergolong besar,” tandas Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Dedy Widjaja, Selasa (15/3).
Meurutnya, kerugian tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Artinya, jelas Dedy, kerugian langsung yaitu rusaknya mesin-mesin industri, termasuk produknya, akibat genangan air. Sedangkan kerugian tidak langsung, sambungnya, banjir mengakibatkan akses dari dan ke pabrik atau industri menjadi ‘terisolir’.
Dedy mengaku, sejauh ini, pihaknya belum mengetahui berapa nilai kerugian akibat banjir tersebut. Meski demikian, lanjut dia, pihaknya memperkirakan, angkanya tergolong besar. “Mungkin, bisa mencapai miliaran rupiah per hari,” tutur Dedy.
Tidak hanya industri, kerugian pun dialami para pebisnis ritel. Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Jabar, Henri Hendarta, mengutarakan, banjir yang melanda beberapa titik di kawasan Bandung Selatan menyebabkan tidak sedikit toko yang tergenang. Hal itu membuat sejumlah barang mengalami kerusakan. “Tidak hanya menggenangi toko, banjir pun membuat akses pendistribusian terganggu,” kata Henri, yang memperkirakan, puluhan toko di wilayah Bandung Selatan terpaksa tidak beroperasi.
Soal kerugian, Henri mengakuinya. Akan tetapi, seperti halnya Dedy Widjaja, Henri belum dapat menyebut angka kerugiannya. Namun, perkiraannya, kerugian peritel akibat banjir, nilainya cukup besar. “Angka pastinya, kami belum menerima laporan. Tapi, kami perkirakan, kerugiannya bisa mencapai ratusan juta rupiah,” tutup Henri. (ADR)