90 Persen Kantor Perwakilan Indonesia Tidak Aman!

Gedung KBRI Washington DC

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Seiring berkembangnya teknologi dan mudahnya sarana informasi, semakin besar juga ancaman cyber crime atau kejahatan dunia maya. Lembaga Sandi Negara sebagai lembaga pelindung sandi negara mengakui, bahwa Indonesia sedang dalam ancaman keamanan bahaya tersebut.

“Indonesia ini sekarang ibarat dininabobokan dengan berbagai teknologi yang masuk. Namun bilamana lengah, suatu saat bukan tidak mungkin ancaman akan datang,” kata Kepala Lemsaneg Djoko Setiadi, dalam jumpa pers di Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari, Rabu (7/11).

Seperti diutarakan Djoko, Indonesia beberapa kali menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya ini. Salah satunya menimpa maskapai penerbangan terbesar, Garuda Indonesia.

“Saat itu pesawat empat hari berjejer di bandara, namun karena schedule yang berhasil dihacker oleh pihak tidak bertanggung jawab, membuat pilot dan pramugari dihancurkan schedulenya,” ujarnya.

Hal lain, tambahnya, yang patut diwaspadai adalah komunikasi. Selama ini, server sepenuhnya milik kapitalis. “Kita tahu. Ini (server) dikuasai asing. Banyak yang dilepas. Ini bahaya. Kita inginkan single goverment yang mampu mengamankan seluruh pembicaraan yang ada di RI. Kita sajikan kepada pemerintah. Ini kalau ada kebocoran bahaya,” ujarnya.

Menurutnya, pembicaraan yang sifatnya rahasia bisa disadap bilamana Indonesia masih mengandalkan server luar. Lemsenag sendiri sejauh ini memiliki tim terpadu, yang terdiri dari Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Luar Negeri. Tim ini akan bekerja terus menerus untuk melakukan pemeriksaan kantor perwakilan di luar negeri. “Dan hasilnya 90 persen kantor perwakilan kita di luar negeri tidak aman,” ungkapnya.

Ia mencontohkan, beberapa waktu lalu kantor Kedutaan Besar RI di Washington DC, Amerika Serikat, dibobol maling. Tidak ada barang berharga yang hilang, seperti uang, namun sang maling mengambil laptop milik Duta Besar RI, Dino Pati Djalal. Bukan nilai laptopnya yang dipermasalahkan, namun data yang dimiliki sang dubes. “Bagus bila datanya bukan sesuatu yang jelek, bila iya, akan terjadi konflik antara Indonesia dengan Amerika,” imbuh Djoko.

Maka itu, pihaknya semakin berkepentingan dalam menjaga keamanan nasional, terutama dalam kerahasiaan data atau sandi negara. (AVILA DWIPUTRA)

Related posts