Kepeloporan kaum muda Indonesia kembali digugat seiring dengan semakin melemahnya peran mahasiswa dalam merespon isu-isu strategis bangsa di level nasional maupun global. Pandangan tersebut mengemuka dalam diskusi publik bertajuk “Revitalisasi Wawasan Mahasiswa Dalam Membentuk Karakter Bangsa di Era Reformasi ” yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Rabu (31/10).
Tampil sebagai pembicara pengamat politik senior Arbi Sanit, pengamat politik Universitas nasional Dr. Firdaus Syam, serta aktifis Fajrul Rachman dan Adhi Massardi. Fajrul Rachman menilai gerakan mahasiswa era reformasi membawa dirinya terlibat didalamnya terlalu bersikap frontal terhadap kekuasaan. Akhirnya mereka enggan masuk ke dalam kekuasaan dan pada saat yang sama kekuasaan itu dipegang oleh orang yang sama sekali tidak ada hubungan langsung dengan spirit yang mereka perjuangkan.
“Saya menyarankan agar gerakan mahasiswa ke depan tidak bersifat frontal terhadap kekuasaan, cukup zaman saya saja yang mengalami, anda harus lebih cantik bermain,” jelasnya mengeluhkan.
Sementara itu Firdaus Syam berpendapat bahwa gerakan mahasiswa dimasa mendatang harus diformat dengan lebih mengedepankan intelektualitas dan tidak terkuras untuk berhadapan dengan kekuasaan semata.
Doktor politik dari UKM Malaysia ini mengatakan, ada tiga hal penting yang akan membuat gerakan mahasiswa Indonesia bisa cemerlang di masa depan. Pertama, mahasiswa harus meningkatkan sikap kemandirian. Sikap kemandirian akan mendorong mahasiswa memiliki jiwa entrepreneurship yang berguna bagi mahasiswa ketika berkompetisi dengan masyarakat global.
“Ingat, mahasiswa Indonesia tidak saja berkompetisi dengan sesama alumnus perguruan dalam negeri, tetapi mereka juga akan bertarung dengan lulusan kampus-kampus luar negeri. Karena itu kompetensi mereka lahirkan perlu dimiliki mahasiswa Indonesia di masa sekarang mendatang. negeri.
Dalam soal kemandirian, Firdaus Syam yang juga Ketua KAHMI Universitas Nasional ini mengajak mahasiswa untuk menengok sejarah pergerakan dan kepeloporan mahasiswa di masa lampau. Tokoh-tokoh mahasiswa masa lalu yang terlibat dalam gerakan kemerdekaan sangatlah mandiri dan tanpa bantuan asing, namun mereka bisa eksis dalam mengawal perubahan dalam masyarakat. “Mereka betul-betul mandiri tidak saja dari aspek ekonomi, namun juga pemikiran mereka bebas merdeka tanpa di dikte oleh pihak asing, sekarang kenapa kepeloporan itu meredup, dan terlihat tidak mandiri,” jelasnya.
Kedua, mahasiswa harus kembali mengembangkan sikap-sikap kepeloporan agar mereka mampu menggerakkan perubahan dalam masyarakat.
Harus diingat bahwa mahasiswa itu adalah inti kekuatan pemuda. Oleh karena itu sikap kepeloporan tersebut harus terus dibangun. Namun sikap kepeloporan itu harus dilandasi kesadaran moralitas dan intelektualitas.
Faktor ketiga menurut Firdaus adalah pentingnya memelihara spirit ideologis kita sebagai bangsa.
Para tokoh pemuda dan mahasiswa masa lalu, lanjut doktor alumnus UKM Malaysia itu, rata-rata memiliki spirit ideologis kebangsaăn yang kuat. Sehingga dalam berjuang mereka tidak tergantung pada dukungan dari asing. Mereka memiliki sikap kemandirian dan integritas moral serta imajinasi yang jauh kedepan tentang masa depan bangsanya. (far)