
jabartoday.com/erwin adriansyah
JABARTODAY.COM – MANADO — Terjadinya berbagai perkembangan global, selama 2016, perekonomian nasional mengalami perlambatan pertumbuhan. Tahun depan, perkiraannya, ekonomi pun masih berat.
Ahmad Irfan, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk alias bank bjb, mengiyakan bahwa kondisi ekonomi pada 2017, khususnya, perbankan, memang masih berat. Ada bebarapa hal yang menjadi faktor penyebabnya.
“Antara lain, ekonomi Amerika Serikat (AS) yang belum stabil. Ini kaitannya dengan penetapan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS),” tandas Ahmad Irfan pada Media Gathering bank bjb 2016 dan Pemaparan Economy Outlook & Perbankan 2017 di Hotel Aston Manado, Jumat (16/12) malam.
Masih beratnya sektor perbankan, lanjut dia, tercermin pada proyeksi uang ditetapkan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Diutarakan, BI memproyeksikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9 persen. “Proyeksi kreditnya sejumlah 10-12 persen. Sedangkan proyeksi OJK, DPK sebesar 10-14 persen dan kredit 9-12 persen,” paparnya.
Kendati berat, Ahmad Irfan menyatakan, pihaknya menyiapkan beberapa jurus. Di antaranya, ungkap dia, menyiapkan produk yang inovatif. “Kami pun siap mempertahankan captive market. Bahkan, tdak tertutup kemungkinan, tahun depan, kami membuka cabang di Malaysia,” seru dia.
Tahun depan, beber Ahmad Irfan, pihaknya menetapkan sejumlah proyeksi pertumbuhan. “Untuk aset, proyeksinya 8-10 persen, kredit sejumlah 12-13 persen, DPK sebanyak 14-15 persen, dan
NPL mencapai 1,7-1,8 persen,” urainya.
Direktur Konsumer bank bjb, Fermiyanti, menambahkan, langkah lain yang disiapkan pihaknya pada 2017 yaitu, melakukan penghimpunan dana sebesar-besarnya. Lalu, sambungnya, mendorong peningkatan transaksi perbankan. (win)