Komaruddin Rachmat
Sampai saat ini dunia masih bingung bagaimana menjelaskan PKI yang begitu besar dan kuat serta fanatik, bisa hancur dalam sekejap pada 1 Oktober 1965. Mungkin untuk mudahnya dan tidak terlalu susah mikirnya, bilang saja itu karena “Kesaktian Pancasila”.
Banyak pertanyaan heran dunia, antara lain bisa dilihat di youtube. Misalnya, keheranan duta besar Amerika ketika itu, bahkan Umar Dani. mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Mengapa sulit menemukan jawaban, antara lain, karena sejarawan hanya memfokus penelitiannya pada dinamika yang terjadi di elit. Tidak mencari fakta di lapangan atau kesaksian-kesaksian masyarakat dimana wilayah tersebut dilintasi oleh sejarah G30S/PKI seperti Bekasi, misalnya.
Bekasi adalah salah satu sumber sejarah penting untuk mengungkap gelapnya misteri G30S/PKI. Mengapa? Jawaban salah satunya adalah karena Lubang Buaya, Pondok Gede itu berada di wilayah Bekasi yang ketika itu “Kabupaten Bekasi”.
Jawaban yang lain adalah masih banyak warga Bekasi yang masih hidup dan menyaksikan sendiri atau mendengar cerita dari orang pertama yaitu orang tuanya masing masing.
Salah satu sumber informasi yang bisa diakses para sejarawan adalah kantor BKMB (Badan Keluarga Masyarakat Bekasi), yaitu tempat berkumpulnya para pencinta sejarah Bekasi yang beralamat di Jalan Kartini Kota Bekasi. Setidaknya ada 13 alasan mengapa kita bisa mengatakan bahwa Pancasila itu sakti, yakni antara lain:
1. Tanggal 1 oktober 1965 adalah hari keghaiban dan hari dimana kebesaran Allah ditunjukkan. Hari itu sesungguhnya adalah hari pembantaian para tokoh anti PKI bukan hanya di Bekasi tapi juga di seluruh nusantara. Dimana lubang-lubang kuburan para anti PKI telah disiapkan. Tinggal eksekusi tapi batal!
2. Batalnya pembantaian adalah karena disebabkan tidak terjadinya pertempuran di wilayah Jakarta, dalam hal ini di RRI atau Kostrad yang telah menjadi target pengeboman Angkatan Udara bila terjadi pertempuran.
3. Pertempuran di wilayah Jakarta 1 oktober 1965 adalah kode bagi kader PKI untuk revolusi oktober, yaitu dengan cara membunuh orang/tokoh yang dianggap anti PKI di seluruh Indonesia dengan lubang-lubang penguburan yang telah disiapkan.
4. Mengapa tidak ada pertempuran di RRI dan penyerbuan ke markas kostrad. Pertama, karena Soeharto dianggap seiring dan sejalan dengan PKI. Kedua PKI terlambat menyadari bahwa ternyata Soeharto bukan kawan tapi lawan.
5. Tentara-tentara PKI yamg direncanakan akan mengadakan penyerbuan, ternyata lumpuh akibat kelaparan. Pertama, Batalyon 454 Diponegoro di Monas yang akhirnya menyingkir ke Halim, sebagian Batalyon 350 yang ditarik ke Kostrad untuk diberi makan.
6. Sebagian Batalyon Brawijaya yang diduga pengikut PKI akan menuju Jakarta secara diam-diam berpakaian sipil mengalami kelaparan di gedung tinggi Tambun Bekasi, akhirnya dikepung tentara Siliwangi, Kodim dan rakyat Bekasi. Menyerah dilucuti dan kemudian dipulangkan ke Jawa Timur.
7. Dua puluh gerbong tentara siap tempur dari Jawa batal turun di Jakarta dan memilih kembali, juga karena kelaparan.
8. Hilangnya beras di Jakarta dan Jawa Barat adalah karena sabotase PKI. Beras -beras tersebut diangkut kereta keluar kota untuk dimusnahkan, agar rakyat mudah terprovokasi. “Tapi rupanya senjata makan tuan”
9. Pegawai-pegawai PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api ) ketika 65 umumnya adalah anggota PKI.
10. Mengapa Soeharto tidak menyerbu RRI, karena Soeharto saja yang tahu, dan mengapa pula RRI diserbu oleh RPKAD menjelang magrib setelah pengumuman kedua Untung, juga hanya Soeharto yang tahu.
11 . Mungkin Soeharto telah tahu bila terjadi pertempuran akan menjadi kode bagi terjadinya revolusi PKI. Mungkin juga karena kemampuan kerja intelijen Soeharto, mungkin juga Allah telah turun tangan dengan cara menurunkan kelaparan kepada tentara-tentara PKI.
12. Rentang pagi hari 1 oktober 1965 hingga direbutnya RRI menjelang magrib oleh RPKAD adalah masa berujung kepanikan anggota-anggota PKI dilapangan.
13. 200 tentara Cakra Birawa dan Gerwani yang telah disiapkan di sekitar Senayan bubar setelah gerakan pencetus revolusi gagal beraksi.
Bekasi, Subuh 1 Oktober 2017