Oleh Dadang Suhanda, Pemerhati Peradaban Dunia
Wabah “black-death” telah mengakibatkan Kekaisaran Bizantium runtuh oleh Utsmani. Hal ini karena kerajaan-kerajaan Eropa tidak mampu lagi menyuplai pasukan, yang biasa dikirim untuk membantu dan mempertahankan konstantinopel. Wabah yang membunuh hampir 2/3 penduduk Eropa saat itu. Tragedi ini telah menghancurkan semua sendi kehidupan Eropa saat itu.
Gelombang wabah flu-Spanyol melanda dan mencapai puncak-nya pada 1918 di Eropa pada saat kekaisaran Jerman dan sekutunya (block-central), mampu mengatasi pasukan Kerajaan Britania, PrancisĀ (Block Sekutu/Entente) hingga menjelang turunnya pasukan dari negara-negara pasifik (Australia dan Selandia-Baru) dan atlantik (USA dan Canada) yang berperang dipihak sekutu.
Jumlah kematian dan infeksi terhadap prajurit dan pukulannya terhadap perekonomian dan industri (pendukung perang) di negara-negara yang turut serta berperang, tidak terinformasikan secara terbuka kepada publik, karena alasan perang.
Tidaklah keliru, apabila sebagian pengamat menyimpulkan, berakhirnya Perang Dunia I karena menyerahnya kekaisaran Jerman cs atas Sekutu, tidak lepas karena terpukulnya Kekaisaran Jerman, yang diakibatkan oleh wabah tersebut, yang tidak lebih ringan dibandingkan dengan yang diderita oleh Spanyol yang netral pada PD I.
Menyerahnya Kekaisaran Jerman tersebut serta merta mengakhiri eksistensi Kekaisaran Jerman (menjadi republik), diikuti dengan bubarnya kekaisaran Austria-Hongaria, dihapus-nya kekhalifahan Turky-Utsmani. Sedangkan Kekaisaran (Tsar) Rusia yang turut berperang dipihak kepada sekutu, telah bubar beberapa waktu sebelumnya oleh gerakan revolusi Bolshevik.
Tinggallah kita sama-sama menantikan, kejadian (besar) seperti apa yang akan terjadi dan akan “dipersaksikan” Allah Swt. kepada segenap penduduk (makhluk) di dunia, di saat semua kawasan dan tidak terkecuali negara-negara besar yang menghegemoni dunia saat ini, turut disibukkan dan terdampak sangat serius oleh mewabahnya Covid 19.
Bukan mustahil, pasca sebelum berakhirnya wabah Covid.19 ini. Bisa karena ditemukannya vaksin. Bisa karena “herd-immunity”, karena “menyerahnya” para penguasa negara dalam menghadapi wabah. Bisa juga karena virus Covid 19 suatu waktu tiba-tiba karena kehendak-Nya bermutasi menjadi tidak lagi berbahaya bagi manusia (sebagaimana yang terjadi pada wabah flu-Spanyol yang tiba-tiba menghilang begitu saja.
Namun dampaknya hingga saat ini, telah menimbulkan rasa pesimistis banyak kalangan di dunia, yang menyakini kalau tatanan dunia akan berubah dan tidak lagi sebagaimana kondisi terakhir sebelum munculnya wabah Covid 19.
Kegagalan (konsep) negara-negara nasional dengan kedaulatan teritorialnya, turut menjadi sebab kegagalan (ikhtiar-manusia) dalam upaya mengatasi Covid 19, akan menumbuhkan kesadaran untuk mereposisi kembali eksistensi negara-negara nasional, yang memang semakin menjauhkan dan/menunjukan ketiadaan moral, abai dalam eksistensinya saat menghadapi berbagai bencana kemanusiaan.
Selama ini (konsep) negara nasional dalam praktek-nya, telah menempatkan manusia/kemanusiaan dikalahkan dan hanya “mengabdi” kepada kepentingan kekuasaan/negara (sekular-liberal) dan/atau partai (atheis-komunis).
Ke depan dan untuk selanjutnya, bagaimana eksistensi lembaga, kekuatan dan kekuasaan tersebut tidak menjadi batu penghalang dan semata-mata (hanya) untuk mengabdi kepada kepentingan (moral) dasar kemanusiaan melalui tegaknya keadilan, dengan tanpa dibatasi oleh “sekat-sekat” kesukuan maupun kebangsaan (chauvinisme maupun teritorial).
Adalah benar, tidaklah Allah Swt. menciptakan manusia dan jin adalah (semata-mata) hanya untuk beribadah kepada-Nya.
Dan tidaklah Allah Swt. menganugerahkan kekuatan/kekuasaan kepada suatu kaum/umat (Islam) adalah hanya untuk menegakkan keadilan melalui “al-mizan” yang telah disertakan-Nya pada saat penetapannya. Wallahualam. ***