Tangis Tati Pecah Saat Jenazah Masuk Pekarangan

PINGSAN: Beberapa orang keluarga berusaha menyadarkan Tati (putri kedua Rastim) yang pingsan  saat melihat jenazah ayahnya. (JABARTODAY/ROMMY)
PINGSAN: Beberapa orang keluarga berusaha menyadarkan Tati (putri kedua Rastim) yang pingsan saat melihat jenazah ayahnya. (JABARTODAY/ROMMY)

Kabut duka tampak menyelimuti wajah orang-orang yang berkerumun di halaman sebuah rumah berdinding coklat di Dusun Wage RT 13/RW 05, Dukuh Rudin, Desa Lebakwangi, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, Sabtu (01/06/2013) sore.

Di muka rumah permanen tersebut terpasang tenda dengan puluhan kursi berjejer menghadap pintu rumah. Ya, rumah itu merupakan kediaman keluarga Rastim(71), korban penembakan misterius di Jalan Raya Titian Indah RT 03/011 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jumat (31/5/2013) malam.

Para pelayat sudah berdatangan sejak pukul 10.00 WIB. Mereka bahkan bersabar menunggu kedatangan jenazah yang diberangkatkan dari RSCM Jakarta, setelah menjalani autopsi.

Tak hanya keluarga dan anak yang terlihat menangis. Para tetangga terutama kaum perempuan turut menangis saat petugas menurunkan jenazah dari ambulans bernopol B 7596 NG pukul 16.38 WIB. Ketika keranda diusung memasuki gang menuju rumah duka yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari jalan, semua keluarga dan tetangga sontak bertakbir dengan suara rendah.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar. Ya Allah mugi amal sae bapak ditampi (Semoga semua amal kebaikan bapak,red),” gumam seorang laki-laki muda berpakaian batik.

Jeritan histeris terdengar saat keranda memasuki pekarangan rumah duka. “Itu bapak, itu bapak. Ya Allah bapak,” teriak Tati(40) putri kedua pasangan Alm Rastim(71) dengan Suniti(50).

Beberapa orang keluarga berusaha menenangkan Tati yang tak henti berteriak histeris. Tak tahan menahan kesedihan, Tati bahkan akhirnya jatuh pingsan di muka pintu bagian belakang rumah.

Selain berusaha menenangkan Tati, sejumlah keluarga termasuk Pelaksana Harian Kepala Desa Lebakwangi Nana Juliana juga berusaha menenangkan Suniti yang menangis sejadi-jadinya melihat suami pulang dalam keadaan terbujur kaku.

Pasangan Suniti dan Rastim dikaruniai dua putra dan tiga orang putri. Sudah 20 tahun lebih Rastim merantau ke Kota Bekasi, di sana ia membuka warung kopi dan rokok di bilangan Jalan Raya Titian Indah RT 03/011 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.

Jenazah masuk ke rumah duka hanya untuk berganti keranda. Para sesepuh kampung juga memberi kesempatan semua keluarga melihat wajah jenazah untuk yang terakhir. Usai berganti keranda, jenazah kemudian diusung ke Mushala Al Hidayah yang tak jauh dari rumah duka. Setelah dishalatkan kemudian jenazah dinaikan ke mobil pikap menuju TPU Kampung Lebakwangi, satu kilometer dari rumah duka.

Ratusan warga berjalan mengikuti mobil pikap yang membawa jenazah Rastim. Sampai di TPU Kampung Lebakwangi, hari sudah mulai gelap. Bahkan beberapa menit setelah jenazah memasuki liang lahat, suara adzan maghrib berkumandang di masjid-masjid di sekitar kampung itu.

Wilujeng bapak, mugi Allah maparin pangampun sareng nampi sagala kasaean sareng amal ibadah bapak (Selamat jalan bapak, semoga Allah memberi ampunan dan menerima segala kebaikan juga amal ibadah bapak, red),” gumam Atam(24) menantu Rastim.

Dalam kesempatan berbeda, Atam menuturkan, setelah ditembak orang misterius yang juga menembak Tito Refra Kei, dia mendengar jeritan istrinya Popon(20) minta tolong. Popon adalah putri bungsu Rastim yang turut berjualan di Bekasi.

“Waktu kejadian saya gak di warung. Setelah mendengar istri saya teriak, saya datang ke sana. Di depan warung bapak (Rastim, red) sudah tergeletak. Dada kirinya berdarah, saya gak tahu ditembak,” tutur Atam.

Dia kaget melihat mertuanya dan Tito Kei yang duduk di bangku warungnya terkapar bersimbah darah. “Kami di sana (tempat kejadian, red) kebingungan dan kaget, kenapa ada kejadian seperti ini,” pungkasnya dengan mata nanar. (Rommy Roosyana)

Related posts