Soal Investasi Asing, Ini Sikap Federasi Pekerja BUMN Strategis

Federasi Serikat Pekerja BUMN Strategis, secar tegas, menolak 100 persen investasi asing sektor telekomunikasi dan ESDM.
(jabartoday.com/erwin adriansyah)

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Beberapa waktu silam, pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi Volume 16. Dalam paket itu, pemerintah pun menerbitkan Daftar Negatif Investasi (DNI), yang memungkinkan investor asing berinvestasi 100 persen.

Ada 25 sektor dalam DNI itu. Ironisnya, terdapat sektor vital dalam DNI, yang semestinya, pengelolaan dan kepemilikannya dikuasai negara, yaitu Telekomunikasi Informasi (TI) dan Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM).

“Kebijakan pemerintah soal DNI, khususnya bidang strategis, yaitu TI dan ESDM merupakan upaya liberalisasi. Kami menolak kebijakan itu,” tandas Ketua Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Strategis, Wisnu Adi Wuryanto, Rabu (5/12), di kawasan Jalan Surapati Bandung.

Wisnu berpendapat, konsep investasi 100 persen sektor TI dan ESDM dapat mengancam kedaulatab negara dalam mengelola kedua sektor itu. Padahal, Pasal 33 UUD 1945 secara tegas dan jelas menyatakan bahwa Bumi, Air, dan Kekayaan Alam yqng terkandung di dalamnya, dikelola oleh negara sebesar-besarnya demi kepentingan bangsa.

Semestinya, sambung Wisnu, terbitnya kebijakan itu jangan berdalih untuk mendorong investasi. Akan tetapi, seharusnya, lanjut dia, pemerintah mempertimbangkan dampak jangka panjangnya bagi kepentingan negara ini.

“Itu kebijakan gegabah karena dapat megancam kedaulatan. Jika teknologi dan perusahaannya (TI dan ESDM) dikuasai asing, tinggal tunggu waktu, kedaulatan berpotensi hilang. Kata lain, jika industri strategis dikuasai asing, secara tidak langsung, negara ini pun dkuasai asing,” sembur Wisnu.
Melihat kondisi itu, pihaknya ingin kedaulatan negara bidang TI dan ESDM benar-benar dikuasai negara. Pihaknya, ungkap dia, menyiapkan beberapa langkah. Antara lain, tuturnya, melalui skema soft communication, yaitu mengirim surat kepada pemerintah untuk berdialog. “Kami pun meyiapkan hard communication, yaitu aksi massa. Ini demi kedaulatan negara, bukan kepentingan lain,” pungkasnya.  (win)

Related posts