Aksi dimulai pada pukul 09.30 di FPIPS UPI. Para peserta aksi memakai kostum yang menggambarkan apa yang ada di UPI. Ada yang memerankan sebagai mahasiswa hedonis yang gemar hura-hura, dosen yang saleh, pejabat UPI yang necis, malaikat yang selalu membisikkan sesuatu yang baik, yaitan yang selalu membisikkan sesuatu yang jelek, serta mahasiswa miskin dengan dandanan yang mirip gembel.
Aksi ini digelar dalam rangka menggalang dana bagi mahasiswa yang masih belum mampu melunasi SPP. Konon, tanggal 13 desember adalah batas akhir pembayaran yang diberikan pihak universitas. Bila pada tanggal tersebut masih menghutang, mereka terancam cuti.
Selain menggalang dana, dalam aksi ini mereka juga memberikan penyadaran kepada para mahasiswa lain menganai Tujuh Gugatan (TUGU) Mahasiswa, yakni menuntut kejelasan pengalihan fungsi Training Centre menjadi Isola Resort, menuntut asrama gratis sebagaimana mestinya, menuntut kejelasan pegelolaan uang masyarakat yang diemban oleh Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) UPI, mengecam penghamburan dana seperti yang terjadi pada renovasi selasar Alfurqan, menuntut penghapusan cuti paksa, menuntut pemberantasan jual beli nilai, menuntut kebebasan mahasiswa untuk berkumpul dan berserikat. Tugu mahasiswa ini mereka kemas dalam sebuah aksi bernama “Gerbang Mawar” atau Gerakan Bangkit Mahasiswa Melawan Tirani.
Sebagai bentuk terima kasih kepada para penyumbang, peserta aksi membagikan stiker berisi ajakan untuk ikut peduli terhadap UPI. Beberapa puisi yang berhubungan dengan realita pendidikan juga dibacakan. Selain itu, mereka juga menyanyikan lagu diiringi gitar berdasarkan request dari para penyumbang.
Setelah hampir menghabiskan waktu 30 menit, aksi dilanjutkan ke depan perpustakaan UPI dan FIP. Disini, sebagaimana di FPIPIS, aksi mendapat sambutan hangat dari para mahasiswa yang menyaksikan. Pasca sumbangan diterima, puisi dibacakan dan lagu usai dinyanyikan, mereka memberikan tepuk tangan yang meriah. Sebagian dari mahasiswa yang menyaksikan aksi ini memberikan komentar bahwa yang seperti inilah yang lebih mereka sukai : damai, unik, lucu, kreatif dan menggelitik. Tidak seperti aksi-aksi pada umumnya yang berkobar-kobar namun jemu.
Pada pukul 11, aksi dilanjutkan di taman Parter, yang berhadap-hadapan dengan gedung rektorat UPI. Di tempat ini pun aksi berlangsung damai dan lucu seperti di tempat-tempat sebelumnya. Akan tetapi, setelah 15 menit berjalan, korlap aksi, yakni Yoga Prayoga digirring oleh pihak keamanan UPI, dengan alasan menggangu ketertiban. Akibatnya, wartawan tidak bisa mengadakan wawancara. Namun selebaran yang mereka bagikan, berhasil diterima sehingga cukup mewakili.
Pasca digiringnya korlap, aksi kemudian dibubarkan oleh pihak keamanan. Namun para mahasiswa yang menyaksikan, Nampak kecewa atas hal ini. Seorang dari mereka yang kami wawancara mengatakan,”Penggalangan dana yang damai dibubarkan, sementara aksi-aksi lain yang berteriak-teriak penuh amarah dibiarkan. Aneh” keluh para demonstran. (TON)