Panglima Gatot Nurmantyo Dalam Bidikan Politik

Oleh: Fathorrahman*

 

JABARTODAY.COM -Beberapa pekan terakhir ini, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tengah menjadi sorotan publik. Tentu saja itu hal yang wajar belaka. Jenderal Gatot memang layak diperbincangkan. Ia memiliki banyak hal untuk diperbincangkan. Nampaknya pengagum Jenderal Sudirman itu  menyadari, bahwa mengubah dirinya menjadi sentral atau bahkan wacana itu juga penting adanya.

Politik nasional yang kini bergerak ke arah yang tak beraturan dan  tidak bermutu, tentu saja membutuhkan sosok Gatot Nurmantyo. Ia menyuguhkan politik yang lebih normatif, segar nan berani. Misalnya, Gatot membuat pernyataan yang kencang soal pentingnya para pejabat melihat dengan baik adanya ancaman bangsa secara lebih nyata.

Gatot pernah secara demonstratif memaparkan sejumlah ancaman negara dari utara Indonesia. Namun secara spesifik dia menyebut China dan negara-negara utara akan bergerak ke selatan, terutama ke Indonesia yang memiliki lumbung pangan dan iklim yang baik. Jenderal Gatot memang hanya mengingatkan. Ada yang menerima dan ada pula yang tersengat. Itu hal yang wajar saja.

Baru-baru ini Gatot memerintahkan jajarannya agar lebih waspada terhadap kebangkitan  PKI. Untuk itu ia menginisiasi program Nonton Bareng Pemutaran Film G.30.S.PKI.  Gagasan  itupun langsung menuai pro-kontra dalam masyarakat.

Seolah Gatot berusaha membuka luka lama yang tak sedap. Sayup-sayup terdengar dugaan bahwa beberapa oknum   TNI Angkatan Udara ikut tak senang dengan ide  Jenderal Gatot nurmantyo itu.  Jika TNI Angkatan Udara tak happy memang sebuah kewajaran belaka. Pasalnya dalam film tersebut TNI AU sedang berada dalam posisi tersudut.

Mereka saat kejadian itu dinilai  berafiliasi dengan PKI. Namun rasanya penting mendudukkan secara tepat peringatan akan bahaya laten PKI tersebut kepada public tanpa hafus menyalahkan Jenderal Gatot.

Banyak analis politik beranggapan bahwa  secara global, komunisme internasional sudah diklaim sebagai ideologi yang bangkrut.  Yang tersisa hanya di China,  Korea Utara dan Vietnam. Karena alasan itu, khusus PKI di Indonesia mereka yakini  tidak mungkin bangkit kembali. Namun demikian, berbagai kelompok lain di Indonesia masih melihat anasir PKI sebagai ancaman yang laten. Pasalnya para eks anak-anak turunan PKI sudah dinilai berhasil menyusup, memasuki ruang-ruang negara. Dan, oleh sebagian besar petinggi Angkatan Darat, hal itu adalah ‘warning’ bahwa negara dalam kondisi bahaya, dan butuh kepedulian.

Anggapan terakhir ini tentu saja tak bisa begitu saja diabaikan. Faktanya,  ada Anggota DPR yang dengan lantang mengaku bangga menjadi anak PKI. Ada gerakan menuntut negara agar meminta maaf pada PKI, ada gerakan internasional Tribunal yang memotori mereka. Ada pertemuan-pertemuan terbatas dikalangan anak-anak PKI. Ada kemarahan anak cucu PKI pada tentara yang membunuhi mereka, juga ada obsesi anak cucu PKI untuk melihat Islam sebagai ancaman dalam negara. Uniknya  Jenderal Gatot ada yang menilai berlebihan ketika berusaha memutar kembali film sejarah yang terluka.

Bukan hanya soal PKI, Jenderal Gatot juga melempar isu pembelian 5000 pucuk senjata api illegal yang dilakukan oleh instansi non militer. Isu itupun langsung menjadi viral di media sosial dan menjadi isu politik yang sempat menegangkan urat saraf politik nasional.

Uniknya setiap isu yang dilempar Jenderal Gatot yang paling rajin menyambarnya adalah politisi dari kalangan PDIP. Ada apa gerangan? Adakah PDIP merasa dirugikan dengan pernyataan-pernyataan politik Panglima TNI yang kini menjadi sentral isu politik itu?

Apakah kehadiran Jenderal Gatot dalam pertarungan isu politik nasional itu akan mengancam eksistensi kandidat presiden PDIP dalam Pilpres 2019?  Apakah Presiden Jokowi akan tetap dicalonkan PDIP pada Pilpres 2019? Apakah Jenderal Gatot akan ikut bertarung dalam Pilpres 2019?

Apakah Gatot menyadari bahwa dirinya memiliki kans yang kuat untuk maju menjadi presiden melawan Jokowi di 2019 nanti?

Semua itu bisa saja terjadi, namun yang memastikan akan semua itu hanyalah sejarah. Sejarahlah yang mencatat dengan benar, seseorang itu jadi apa atau tidak ajadi apa-apa dalam periode sejarah tertentu. Dan itu pula pentingnya kita memahami dan menghayati makna takdir kehidupan itu sendiri.

Saking kencangnya isu yang diproduksi Jenderal Gatot, kalangan politisi PDI pun menjadi  gerah. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai Gatot sudah bertindak di luar bidangnya yaitu pertahanan.

“Intinya sudah beyond the line, beyond the coridor ya. Dia lakukan, urusan politiknya kental sekali. Iya menurutku politik,” kata Eva kepada wartawan Kamis, 28 September 2017. Eva memang tidak membantah saat ditanya apakah tindakan-tindakan Gatot itu demi persiapan Pilpres 2019 yang semakin dekat.

Eva misalmya menilai segala manuver Jenderal Gatot sebenarnya sedang menunjukkan kualitasnya. Bila benar tujuannya ke pilpres 2019, amanat yang saat ini ditugaskan ke dia tidak dilaksanakan dengan baik.

“Kalau beliau paham ya harusnya mundur. Menurutku tidak menguntungkan presiden kalau jurusannya seperti itu, efeknya bagi Jokowi,” tutur Eva Kusuma Sundari.

Sebelumnya Jenderal Gatot juga diprotes oleh politisi dari partai yang sama (PDIP) ketika Gatot melempar isu pembelian 5000 pucuk senjata illegal oleh lembaga non militer. Gatot malah dinilai  tak pantas melempar rahasia negara di tengah publik. Ada apa gerangan, seolah ada friksi yang tajam diantara elit politik negara ini. Apakah ini pertanda, pertarungan Pilpres 2019 sudah dimulai.  Mari kita ikuti dengan seksama, apa yang akan terjadi esok pagi. Sekarang kita serahkan saja pada senja yang sebentar lagi akan merapat menggelapkan bumi.

*Penulis adalah seorang praktisi dan Dosen Universitas Pamulang

Related posts