
JABARTODAY.COM – BANDUNG
Demi mengentaskan kemiskinan, menumbuhkankembangkan sektor riil sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan sosialisasi penyaluran dana Pengembangan Usaha Mina Pedesaan yang ditujukan bagi kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah.
PUMP-P2HP merupakan fasilitasi bantuan pengembangan hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR) sebagai kelembagaan PUMP-P2HP. Tahun ini, sasaran PUMP-P2HP adalah 1000 POKLAHSAR di 254 kabupaten/kota se-Indonesia. “Anggaran kita memang tidak besar, hanya Rp 50 miliar, jadi Rp 50 juta per kelompok,” ujar Direktur Jenderal P2HP KKP, Saut P. Hutagalung, di Hotel Marbella, Senin (10/3) malam.
Dengan dana Rp 50 juta/kelompok tersebut akan keluar produk olahan, seperti abon lele, bakso ikan, dan hasil laut lainnya. Pihaknya, dijelaskan Saut, menjadi mediator barang-barang tersebut agar menggapai tempat pemasaran yang lebih tinggi, seperti minimarket atau ritel. Dirinya menyebut, salah satu ritel terbesar sudah menjual produk olahan tersebut. “Yang kita usahakan bagaimana tidak hanya dipasarkan di kabupaten/kota bersangkutan, tapi provinsinya,” sahutnya.
Ia menjabarkan, dengan Rp 50 juta itu, para pelaku UMKM hanya dapat membeli bahan baku 10-15 kilogram. Untuk pemasarannya, hanya dilakukan di kabupaten/kota tempat barang tersebut diproduksi, seperti sekolah. Maka itu, sambung Saut, pihaknya menggodok cara agar jangkauan pemasaran produk-produk itu lebih lebar lagi.
Untuk Jawa Barat, dana akan dialokasikan ke 57 kelompok di 13 kabupaten/kota. Saut menyebut, di Jawa, termasuk Jabar, masih menjadi potensi besar bidang perekonomian, khususnya UMKM. Di Bandung, imbuhnya, ada produsen abon yang kelabakan memenuhi kuota pesanan dari kelompok haji. “Maka itu kita menyarankan agar mereka bergabung, soal merek itu urusan nanti. Yang penting, kalau digabung, kuota pesanan akan terpenuhi,” papar Saut.
Ditambahkan Saut, pelaksanaan PUMP P2HP diselenggarakan melalui pendekatan pemberdayaan yang mengacu pada teori Comunnity Driven Development yang digunakan PNPM Mandiri. Teori ini mengungkapkan bahwa perencanaan partisipatif yang diikuti masyarakat desa secara utuh diawali dengan sosialisasi, identifikasi, pemetaan masalah, perorganisasian kelompok, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi secara bersama dalam kelompok.
“Sehingga akan lahir wirausaha-wirausaha handal yang mampu menghadapi AEC (Asean Economic Community) tahun 2015 mendatang,” tandas Saut. (VIL)