Operasional Melejit, Pindad Pertimbangkan Kenaikan Harga Jual

Silmy Karim jabartoday.com/net
Silmy Karim
jabartoday.com/net

JABARTODAY.COM – BANDUNG — Terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada berbagai sektor industri, tidak terkecuali industri milik BUMN. Adalah PT Pindad (Persero) salah satu industri BUMN yang terimbas pelemahan nilai tukar rupiah tersebut.

“Bagi kami, depresiasi rupiah cukup berdampak. Efeknya, biaya operasional meningkat, utamanya dalam hal pembelian komponen. Kenaikannya sekitar 20 persen,” tandas Direktur Utama PT Pindad (Persero), Silmy Karim, pada sela-sela Lomba Tembak Antar-Wartawan di PT Pindad (Persero), Jalan Gatot Subroto Bandung, belum lama ini.

Diungkapkan, sejauh ini, pihaknya memang masih mengimpor sejumlah komponen dan beberapa material. Di antaranya, sebut dia, mesin panser, yang masih impor dari Prancis. Lalu, propelan, material amunisi.

Kendati demikian, Silmy mengaku tetap optimis bahwa lembaga BUMN ini masih berkemampuan menghasilkan produksi yang tetap bahkan lebih baik lagi pada tahun ini. Ditegaskan, keyakinan itu didasari oleh adanya pengarahan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, yang beberapa waktu silam berkunjung ke PT Pindad. Pengarahannya, kata Silmy, pihaknya harus dapat meningkatkan produksi 2-3 kali lipat. “Selain itu, Bapak Presiden pun meminta kami untuk mengembangkan pasar, tidak hanya dalam negeri, tetapi mancanegara,” tuturnya.

Di tempat yang sama, ‎Kepala Divisi Amunisi PT Pindad (Persero),  I Wayan Sutama, mengungkapkan, adanya depresiasi nilai tukar rupiah yang berakibat membengkaknya biaya operasional membuat pihaknya menyiapkan beberapa rencana. Satu di antaranya, beber dia, berencana menaikkan harga jual. “Yaitu, produk jenis peluru,” sahut I Wayan Sutama.

Dasar rencana itu, jelas dia, adanya sejumlah komponen amunisi yang memang masih impor. Misalnya, sebut dia, selongsong peluru dan explosive material.  Kendati demikian, ujar dia, pihaknya masih mempertimbangkan rencana tersebut. “Pastinya, rencana kenaikan harga jual produk itu kami kaji lagi. Soalnya, kami membeli row material tersebut menggunakan dolar AS. Sedangkan, penjualannya menggunakan rupiah,” tutupnya.  (ADR)

Related posts