Kapitalis Birokrat

M Rizal Fadillah

Dulu ini sebutan bagi kelompok elit yang hidupnya jauh lebih mewah dan nyaman daripada rakyat kebanyakan. Ia bisa pejabat sipil maupun militer atau para pengusaha. Kapitalis birokrat sering dislogankan oleh aktivis komunis yang manifesto perjuangannya berbasis kaum proletar. Semangat ini yang membuat PKI dahulu secara bertahap menguat dan hampir mampu melakukan coup d’etat.

Rupanya antara kemewahan hidup pejabat, juga pengusaha, dengan tumbuh pesatnya gerakan komunis selalu berbanding lurus. Oleh karenanya kini kita pun mesti mewaspadai keadaan seperti ini. Kondisi demikian nyatanya didukung oleh invasi ideologi global yang masif diperjuangkan baik kapitalisme maupun komunisme. Apa yang pernah disampaikan Surya Paloh bahwa kapitalisme dan liberalisme menguasai kultur bangsa ini adalah sebuah sinyal. Ada gerakan dibaliknya yakni perlawanan tertutup yang ikut bergerak dan menyusup yang dilakukan oleh aktivis komunis.

Munculnya para “kapitalis birokrat” dipicu oleh gaya hidup hedonis dan pragmatis. Contoh sederhana saja adalah rencana anggaran 127 Milyar untuk pembelian mobil dinas mewah Presiden dan para Menteri. Alasan pengadaan juga mengada-ada seperti yang diungkap Mendagri Cahyo yaitu mobil dinas yang dipakai “sering mogok”. Tentu lucu sekelas Mercedez baru “sering mogok”. Jangan-jangan ini akal-akalan agar berujung mobil tersebut dapat dimiliki oleh para mantan Menteri. Alasannya mobil dinas tak layak lelang karena “sering mogok”.
Lalu gaji buta ratusan juta perbulan anggota Badan Pembina Pancasila. Sebentar lagi pengadaan mobil-mobil dinas anggota Dewan dan pejabat lainnya. Itu baru urusan mobnas, mobil dinas. Bukan mobnas lain yaitu Esemka yang berantakan. Kemewahan menjadi gaya hidup.

Di sisi lain rencana tarip BPJS bakal naik, pajak-pajak diburu, pendapatan petani merosot dihajar impor, pengangguran dikompensasi tenaga kerja asing. Harga BBM, tarif listrik, air, gas juga digenjot. Rakyat tetap dipersulit. Infrastruktur dibuat gagah-gagahan tapi merugi. Temuan BPK Bandara Kertajati, tol Trans Jawa, dan LRT Palembang termasuk yang merugi itu. BUMN jadi tukang jualan. Kesenjangan sosial semakin lebar. Di balik profil dan pencitraan Jokowi yang sederhana terbangun rezim yang bergaya hidup mewah. Disinyalir banyak rekening gendut para pejabat sipil dan aparat.

Presiden dan menteri baru harus mulai mencanangkan gerakan hidup sederhana. Tentu dengan bukti dan percontohan. Bukan artifisial atau pencitraan lagi. Jika tidak, maka “kapitalis birokrat” akan terus mengkristal dan Komunis akan memainkan isu ini untuk penguatan diri dan konsolidasi. Rakyat sekarang ini sudah merasakan kesenjangan yang makin melebar. Janganlah menyusur dengan isu keagamaan untuk mengalihkan perhatian. Fakta yang berjalan sebenarnya adalah simbiosis antara kapitalis birokrat dan kebangkitan faham komunis.

Yang lebih berbahaya adalah pada kapitalis birokrat itu sebenarnya juga ada agen komunis. Karakter spesifiknya adalah sinis dan gemar mengkambinghitamkan gerakan keagamaan. Memang musuh yang paling ditakuti oleh kapitalis birokrat dan komunis adalah kekuatan agama.
Bendera tauhid, radikalisme, khilafah, serta intoleransi menjadi isu strategis untuk melumpuhkan kekuatan keagamaan tersebut.

*) Pemerhati Politik tinggal di Bandung

 

Related posts