JABARTODAY.COM, KOTA BANDUNG – – Pendopo Walikota Bandung di Jalan Dalem Kaum, Balonggede, Kecamatan Regol, menjadi saksi bersejarah peluncuran Komunitas Natsir Muda pada Selasa malam (14/10/2025). Acara yang menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan Jawa Barat ini mengusung tema bedah pemikiran Mohammad Natsir, salah satu tokoh besar bangsa Indonesia yang jasanya tidak boleh dilupakan.
Hadir dalam acara tersebut Walikota Bandung Muhammad Farhan, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Dr Adian Husaini, Ketua Umum MUI Kota Bandung KH Miftah Faridl, Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) KH Dr Jeje Zainudin, serta Ketua Dewan Dakwah Jawa Barat KH Muhammad Roinul Balad. Kehadiran tokoh-tokoh lintas generasi ini menunjukkan betapa pentingnya melestarikan nilai-nilai perjuangan M. Natsir bagi generasi masa kini.
Apresiasi Walikota Bandung untuk Sosok M. Natsir
Dalam sambutan pembukaannya, Walikota Bandung Muhammad Farhan menyampaikan apresiasi dan kegembiraan yang besar atas terselenggaranya acara bersejarah ini. Farhan menilai bahwa M. Natsir merupakan sosok yang sangat istimewa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Menurut Farhan, peran dan jasa M. Natsir terhadap Indonesia tidak boleh dan tidak bisa dilupakan begitu saja. Sosok negarawan ini harus menjadi teladan bagi seluruh generasi, khususnya generasi muda yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.
“M.Natsir adalah sosok yang memiliki niat dan tujuannya benar pada bangsa ini. Maka ketika ia berjuang dan menghadapi berbagai masalah ia tabah. Inilah teladan yang seharusnya dapat kita warisi dan aplikasikan hari ini,” terang Farhan dengan penuh penghayatan.
Farhan menekankan bahwa semua yang disampaikan dan dilakukan M. Natsir sejak awal hingga akhir hayatnya telah tercatat dan tertulis dengan baik. Semua itu merupakan gagasan brilian dari seorang pemikir besar bernama M. Natsir yang sangat relevan untuk diterapkan pada masa kini.
“Untuk itu mewakili warga Kota Bandung kami sangat bangga kota ini menjadi titik awal komunitas Natsir Muda. Maka kami mempersilakan komunitas ini memakai pendopo walikota ini untuk acara acaranya nanti,” ungkap Farhan yang disambut tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin.
Pernyataan Walikota ini menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung penuh kegiatan-kegiatan yang bertujuan melestarikan nilai-nilai luhur tokoh bangsa.
Natsir Lebih Sekadar Negarawan
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), KH Dr Adian Husaini, dalam sambutannya menyoroti pentingnya bangsa Indonesia, terutama generasi muda, untuk meneladani sosok Mohammad Natsir secara komprehensif.
Menurut KH Adian, M. Natsir bukan hanya dikenal sebagai negarawan ulung, dai yang gigih, atau guru teladan semata. Lebih dari itu, beliau juga merupakan sosok ayah dan suami yang sangat teladan dalam kehidupan keluarganya.
“Bukan hanya beliau sebagai negarawan, dai dan guru teladan tapi ia juga seorang ayah teladan. Pak Natsir, tahun 1991 ketika istrinya meninggal ia begitu histeris. Ia begitu sayang sama istrinya. Ketika ia masih hidup, bila istrinya memanggil untuk makan, pak Natsir cepat cepat datang,” terang KH Adian mengisahkan sisi kemanusiaan M. Natsir yang jarang diketahui publik.
KH Adian menegaskan bahwa ide, gagasan, dan cita-cita besar yang diperjuangkan M. Natsir tidak pernah usang dan masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Beliau mengajak khususnya anak-anak muda untuk terus menggali sosok M. Natsir dari berbagai sumber yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Menggali sosok M Natsir bukan sekedar kita ingin bernostalgia tetapi bagaimana mengimplementasi ide dan gagasan besarnya yang bisa kita wujudkan saat ini. Disaat bangsa ini seperti kehilangan sosok teladan maka M Natsir menjadi inspirasi kearifan dan kebijaksanaan,” terangnya menyentil kondisi bangsa yang tengah mengalami krisis keteladanan.
Kenangan Personal Ulama Senior
Ulama senior sekaligus Ketua Umum MUI Kota Bandung, KH Miftah Faridl, memberikan testimoni yang menarik tentang interaksinya langsung dengan M. Natsir di masa lalu. Dalam kesaksiannya, ia menyatakan kegembiraan yang luar biasa dengan terselenggaranya acara peluncuran Komunitas Natsir Muda ini.
KH Miftah berbagi pengalaman pribadinya ketika masih muda dan pernah berkunjung langsung ke rumah M. Natsir. Saat itu, sang tokoh memberikan nasihat yang sangat berkesan tentang pilihan jalan hidup.
“Ketika saya muda, saya pernah berkunjung ke rumah Pak Natsir. Ketika itu pak Natsir menyampaikan nasihat kalau ingin cepat populer, kaya dan punya jabatan serta harta maka pilihlah jadi politisi. Saya jawab tidak minat,” kenang KH Miftah dengan senyum.
Pilihan KH Miftah untuk menekuni dunia dakwah dan pendidikan ternyata membawa kesuksesan tersendiri hingga kini. Ia juga berbagi kisah lain yang menunjukkan kedermawanan M. Natsir. Suatu ketika, KH Miftah pergi berhaji ke Mekah tanpa membawa bekal yang cukup dan tidak tahu harus menginap di mana.
“Saya teringat dan kemudian menghubungi Pak Natsir yang saat itu menjadi petinggi Rabithah ‘Alam Islami. Saya kemudian diajak Pak Natsir nginap di kamarnya,” kenang KH Miftah tentang keramahan dan kepedulian M. Natsir terhadap sesama.
Peran M. Natsir dalam Persatuan Indonesia
Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis), KH Dr Jeje Zainudin, memberikan perspektif historis tentang kontribusi besar M. Natsir dalam organisasi Persis. Menurut KH Jeje, M. Natsir adalah orang pertama yang menyusun model organisasi Persis secara modern dan terstruktur.
“M Natsir pula yang mengagas model pendidikan baru di pesantren-pesantren salafiyah dengan pendidikan umum yang kemudian dikenal dengan konsep integral pendidikan Natsir,” ungkap KH Jeje menjelaskan inovasi besar dalam dunia pendidikan Islam yang digagas M. Natsir.
KH Jeje menambahkan bahwa Natsir juga yang mendaftarkan Persis secara resmi kepada pemerintah Belanda pada tahun 1936, memberikan legalitas formal bagi organisasi tersebut. M. Natsir pun tercatat sebagai pendiri Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung yang kemudian menjadi pesantren pertama Persis yang dikenal dengan sebutan Pesantren Persis Nomor 1 Pajagalan.
“Beliau menjadi Ketua Umum Persis menggantikan Kyai Zamzam pada tahun 1939 sampai 1942. Kemudian konsep integral pendidikan ini di bawa oleh beliau untuk seluruh negeri dengan merubah negara ini dari RIS menjadi NKRI yang kita kenal sekarang dengan Mosi Integral Natsir,” terang KH Jeje mengaitkan pemikiran pendidikan M. Natsir dengan perjuangannya dalam politik nasional.
KH Jeje menegaskan bahwa M. Natsir bukan hanya milik Persis atau Dewan Dakwah saja, melainkan sudah menjadi milik seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya sosok dan kiprah M. Natsir menjadi teladan bagi semua kalangan, khususnya generasi muda Indonesia.
Konsep Dakwah Binaan wa Difaan
KH Muhammad Roinul Balad selaku Ketua Dewan Dakwah (DDII) Jawa Barat turut memberikan pemaparan mendalam tentang filosofi dakwah M. Natsir. Ia menceritakan tentang kop surat Dewan Dakwah yang mencantumkan Surat Ali Imran ayat 104 sebagai landasan spiritual organisasi.
“Ini yang menjadi inspirasi dan penyemangat kita dalam berdakwah. Lalu bagaimana mewujudkan kehidupan yang islami dalam kegiatan sehari-hari. Baik secara perorangan, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara,” jelasnya tentang visi besar M. Natsir.
KH Roin menjelaskan bahwa dalam masalah politik, M. Natsir pada zaman Masyumi berdakwah melalui jalur politik. Namun setelah terbentuknya Dewan Dakwah, beliau mengubah strateginya menjadi berpolitik dalam jalur dakwah, sebuah pendekatan yang lebih substansial dan jangka panjang.
“Dalam tantangan dakwah, M Natsir selalu menyebutkan bahwa setiap zaman akan berulang. Sekularisme, permurtadan, nativisme, cinta dunia atau wahn dan takut mati. Ini yang selalu diulang oleh ketua umum setiap rapat kerja, dan ini merupakan pidato yang disampaikan oleh M Natsir pada sidang konstituante pada tahun 1957,” terang KH Roin tentang visi futuristik M. Natsir yang masih relevan hingga kini.
Ia menambahkan bahwa dakwah yang disampaikan M. Natsir mengusung konsep “Binaan wa Difaan” (membangun dan mempertahankan). KH Roin memberikan ilustrasi sederhana namun mudah dipahami tentang konsep ini.
Layaknya petani yang menanam padi di sawah, yang tumbuh bukan hanya padi saja, tetapi ada juga rumput liar, tikus, dan hama lainnya yang mengancam hasil panen.
“Bahasa dari difaan adalah, jangan biarkan rumput dan yang lainnya itu tumbuh subur di sawah tadi, karena akan merusak hasil panen nantinya,” jelasnya tentang pentingnya tidak hanya membangun tetapi juga melindungi dari berbagai ancaman.
Mewakili keluarga besar Dewan Dakwah khususnya yang ada di Jawa Barat, KH Roin menyambut baik pembentukan Komunitas Natsir Muda ini. Ia mengajak untuk bersinergi baik dengan Dewan Dakwah maupun Pemerintah Kota Bandung dalam rangka dakwah ilallah.
Agenda Roadshow ke Seluruh Indonesia
Erick Yusuf selaku panitia sekaligus inisiator Komunitas Natsir Muda menyampaikan rencana besar pasca deklarasi di Bandung. Menurutnya, setelah resmi dideklarasikan di Kota Kembang, pihaknya akan melakukan serangkaian kegiatan dan sosialisasi ke berbagai daerah, baik di Jawa Barat maupun seluruh Indonesia.
“Jadi insya Allah, acara hari ini setelah dideklarasikannya Komunitas Natsir Muda di Bandung ini, kita juga akan roadshow ke berbagai kota yang insyaAllah ini bukan menjadi sebuah event kali ini saja tapi sebuah gerakan yang akan terus bergulir,” terang Erick dengan penuh semangat.
Erick menantang anak-anak muda Bandung dan kota-kota lainnya untuk bersama-sama bergerak menjadikan kotanya sebagai kota yang berakhlak, baik, dan berpendidikan bagus. Ia mengingatkan bagaimana M. Natsir bersama Hasan Mustapa dan para tokoh Bandung lainnya telah mewarnai pendidikan, khususnya dalam bidang dakwah dan pendidikan di masa lalu.
“Ayo, InsyaAllah dari Bandung ini kita buat bersinar, yaitu cahaya dari Bandung untuk Indonesia,” ajak Erick dengan tagline yang mudah diingat.
Menurut Erick, Komunitas Natsir Muda ini terbuka untuk semua kalangan usia, tidak hanya untuk generasi muda saja. Dalam waktu dekat, rencananya akan dideklarasikan hal serupa di berbagai wilayah Indonesia. Setelah Bandung, peluncuran akan segera dilakukan di Sumatera Barat dan Aceh, dua daerah yang memiliki tradisi Islam kuat.
Agenda Diskusi dan Kampanye Digital
Dalam acara tersebut, para peserta juga aktif menyampaikan berbagai ide untuk mengembangkan Komunitas Natsir Muda ke depannya. Mereka menginginkan pembentukan diskusi khusus tentang pemikiran Natsir dalam berbagai aspek, mulai dari filsafat, pendidikan, budaya, politik, hingga konsep negara. Dengan demikian, generasi sekarang bisa mengambil pelajaran yang berharga dari sang tokoh besar.
Para peserta juga menyatakan komitmen untuk aktif mengampanyekan pemikiran-pemikiran M. Natsir melalui media sosial yang mereka miliki. Strategi digital ini dianggap penting untuk menjangkau generasi muda yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya.
Deklarasi Komunitas Natsir Muda di Bandung ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan kembali nilai-nilai perjuangan dan pemikiran M. Natsir yang sempat redup. Dengan dukungan berbagai tokoh lintas generasi dan pemerintah daerah, gerakan ini optimis dapat menerangi Indonesia dengan cahaya kearifan dari sang maestro bangsa.
Sejumlah tokoh, perwakilan komunitas dan ormas juga nampak hadir dalam acara ini seperti KH Nurhasan Zaidi (Persatuan Umat Islam/PUI), Hadi Nur Ramadhan ( founder Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun) dan yang lainnya. Acara ini juga dihadiri perwakilan keluarga M.Natsir. [ ]





