Bung Karno, Lahir dari Rahim Syarikat Islam

courtesy: persisalamin.com
JABARTODAY.COM, KUNINGAN. Aktifis ’98 Fahrus Zaman Fadhly mengungkapkan Proklamator RI, Ir Soekarno sejatinya merupakan tokoh Islam, karena lahir dari rahim Syarikat Islam (SI) yang dipimpin Haji Omar Said (HOS) Tjokroaminoto. Karena itu, SI yang semula bernama SDI (Syarikat Dagang Islam) adalah organisasi nasional pertama yang menggelorakan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme asing terutama Belanda.

“Bung Karno itu berguru pada HOS Tjokroamienoto, tokoh sentral Syarikat Islam. Tjokroamienoto adalah figur penting yang sangat disegani dan diteladani Bung Karno. Jadi titik tolak kebangkitan nasional itu bukan lahir dari Boedi Oetomo tapi Syarikat Islam. SI, organisasi perjuangan nasional pertama yang telah menggelorakan api nasionalisme dan semangat perlawanan terhadap penjajah sejak 1905,” ujar Fahrus dalam diskusi The Leadership Institute, di Kuningan Minggu sore (4/6/2017).

Selain sebagai guru dalam membangkitkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, Tjokroamienoto juga mertua Bung Karno. Karena Bung karno mempersunting puteri Tjokroamienoto.

“Istri pertama Bung Karno, bernama Siti Utari adalah puteri kandung Tjokroamienoto. Jadi, jejak sejarah ini tidak bisa dihapus begitu saja. Kalau kita mau jujur pada perjalanan sejarah bangsa ini, maka Hari kebangkitan Nasional seharusnya 16 Oktober bukan 20 Mei. Yakni mengacu pada lahirnya SI pada 16 Oktober 1905,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, selain berguru pada Tjokroamienoto, Bung Karno juga berguru kepada sejumlah tokoh dan ulama Islam seperti A Hassan ‘Bandung’ (Persis) dan Haji Agus Salim.

“Saat Bung Karno diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 1930an, ia mengirim surat kepada seorang guru dari Persatuan Islam (Persis) Bandung yakni A. Hassan. Dalam surat itu, Bung Karno minta agar dikirimkan bukup-buku Islam dari soal pengajaran shalat hingga kumpulan hadis shahih Bukhari-Muslim,” tuturnya.

Dari A Hasan, Bung Karno banyak mendapat penjelasan tentang halal-haram, makruh dan mubah serta keleluasaan untuk berijtihad. Melalui penjelasan A Hasan dan buku-buku tentang Islam yang dibacanya,ia bisa menangkap ‘api’ Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki semangat kemajuan.

“Pandangan Bung Karno mirip sosiolog terkemuka dunia Ernest Gellner, yang melalui kajian ilmiah menyebut, dibandingkan dengan dua agama abrahamik lainnya yakni Yahudi dan Nasrani, Islam sebagai agama yang paling dekat dengan modernitas. Agama yang pro kemajuan dan memberi ruang ijtihad yang luas,” pungkasnya. (sep)

Related posts