Perputaran arus dana asing yang deras masuk ke pasar modal Indonesia pada kuartal pertama 2013 memberikan sentimen positif untuk penawaran perdana saham semester pertama 2013.
Perolehan dana dari hasil penawaran perdana saham/initial public offering (IPO) hingga semester pertama 2013 diperkirakan mencapai Rp10,21 triliun dibandingkan semester pertama 2012 sekitar Rp1,23 triliun. Hingga semester pertama 2013 diperkirakan ada 17 emiten yang mencatatkan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibandingkan semester pertama 2012 hanya ada enam emiten.
Selaku analis PT e-trading securities, Andrew Argado menyatakan kebutuhan perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha, maka perseroan pun mencari dana di pasar modal. Selain itu, investor cukup merespon positif penawaran perdana saham bagi perusahaan yang menggunakan penawaran perdana saham untuk ekspansi usaha.
Sementara itu, Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, arus dana asing cukup deras masuk ke pasar modal pada kuartal pertama 2013. Hal itu membuat perusahaan tertarik untuk melakukan penawaran perdana saham.
Menurut dia, terdapat beberapa perusahaan yang telah memproses penawaran perdana saham pada akhir 2012. “Kemarin ekspektasi terhadap Indonesia begitu tinggi sehingga dana asing yang masuk cukup deras,” ujar David kepada pers, Rabu (26/6).
Hal senada dikatakan, Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo. Aliran dana asing yang masuk ke Indonesia cukup besar. Total nilai pembelian saham pernah mencapai sekitar Rp20 triliun pada 2013 oleh investor asing. Satrio mengatakan,investor asing melihat fundamental ekonomi Indonesia yang cukup positif pada awal tahun 2013. “Pernah ada spekulasi Indonesia akan meraih investment grade, dan aliran dana asing terus masuk ke Indonesia,” ujar Satrio.
Sementara itu, Direktur PT BCA Sekuritas Mardi Sutanto mengatakan, penawaran perdana saham cukup marak pada semester pertama 2013 karena Indonesia telah menjadi tempat tujuan investor asing untuk berinvestasi. Hal itu didukung dari fundamental ekonomi Indonesia yang cukup baik. “Selain itu valuasi saham yang ditawarkan juga masih menarik karena peluang kenaikan cukup tinggi, ” kata Mardy.
Meski demikian, pada kuartal kedua 2013, isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan dua lembaga pemeringkat internasional memberikan sorotan terhadap Indonesia mengenai masalah subsidi BBM tersebut berdampak ke bursa saham. “Memasuki kuartal kedua kedua masalah BBM dan lembaga pemeringkat S&P serta Moodys menyoroti subsidi BBM sehingga menimbulkan kekhawatiran di pasar saham,” ujar Mardy.
Mardy menuturkan, sejumlah emiten yang melakukan penawaran perdana saham pada kuartal kedua menurunkan harga penawaran bahkan jumlah saham yang ditawarkan ke publik. Hal itu dipengaruhi dari isu BBM tersebut. Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap The Fed yang memberikan signal untuk mengurangi pembelian obligasinya juga berdampak ke bursa saham. “Ketakutan terhadap langkah The Fed membuat investor melakukan reposisi portofolio. Namun hal ini fenomena pasar di mana akan ada koreksi teknikal,” kata Mardy.
Untuk perkiraan semester kedua 2013, Satrio menilai, penawaran perdana saham ke pasar modal masih cukup besar. Hal itu karena sentimen negatif mulai berkurang seperti isu BBM dan regional juga mulai positif. Investor pun akan cenderung berhati-hati di pasar saham melihat kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang fluktuaktif. Sedangkan David memperkirakan, penawaran perdana saham pada semester kedua kurang marak. Apalagi melihat sejumlah penawaran perdana saham pada kuartal kedua ini kurang baik.
Sekedar informasi, BEI mengharapkan 30 emiten dapat mencatatkan perdana saham di BEI pada 2013. Pada 2012, ada 23 emiten yang mencatatkan perdana saham dengan perolehan dana sekitar Rp10,14 triliun di BEI. [alf]