Oleh Edi Mulyanto
Kita sering mendatangi banyak acara yang mengharuskan kita mendengar sang pembicara di hadapan publik. Ada dua kesan yang biasanya muncul dalam benak hadirin. Pertama, pendengar yang hadir bisa terkesima apa yang telah disampaikan oleh sang pembicara. Kedua, kita melihat dan mendengarkan sang pembicara yang tidak menarik perhatian, bahkan kadang membosankan.
Peristiwa yang kedua itu tentu sangat mengecewakan, bahkan sering berakibat para pendengarnya satu per satu meninggalkan ruangan. Selalu mengulang-ulang kata yang sama, penampilan yang tidak rapih dan menarik perhatian dan seterusnya, adalah hal-hal yang harus dihindari bagi seorang pembicara publik. Fenomena ini terjadi karena pada dasarnya manusia itu adalah makluk yang malas, yang hanya mau mendengarkan dari orang-orang yang dianggap pantas dan lebih tahu.
Hal ini yang seharusnya menjadi bahan evaluasi sang pembicara yang tidak digemari para pendengarnya. Memang gaya berbicara dan cara menyampaikan pesan itu bukan satu-satunya yang menyebabkan pendengarnya bosan.
Unsur lainnya yang perlu diperhatikan juga adalah penampilan yang menarik, mulai dari kerapihan cara berpakaian sampai corak warna pakaian yang matching. Kesan pertama biasanya timbul dari performance tersebut, kemudian berikutnya bagaimana kepiawaian berbicara dan menyampaikan pesan dihadapan publik.
Untuk menghindari masalah tersebut di atas dan agar menjadi pedoman serta memudahkan kita dalam berbicara dihadapan publik, berikut ini adalah tips bagaimana melakukan presentasi yang baik, yang dikemukakan oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph.D seorang guru besar dari Universitas Indonesia
Pertama, Jangan biasakan bergantung pada teks. Teks dapat membunuh bakat, merusak flow, dan menciptakan jarak. Gunakan pointers sekedar untuk membantu
Kedua, Ukur sungguh-sungguh dalamnya sungai. Pelajari dulu siapa audience-nya, latar belakang, jalan pikiran, pendidikan dan jabatan mereka, jangan main asal tembak.
Ketiga, Jangan bicarakan dua hal ini : Yang sudah mereka tahu, atau yang tak ingin di dengar. Selalu sajikan hal yang orisinil. Jangan merusak mood audience dengan pernyataan yang tidak disukai.
Keempat, Jangan biarkan audience jenuh. Jaga volume suara, nada tidak monoton. Begitu mereka mulai jenuh ajaklah dialog, berikan sedikit humor.
Kelima, Humor tidak boleh berlebihan. Ia hanya boleh digunakan untuk membangkitkan daya pikir. Jika berlebihan akan kehilangan substansi.
Keenam, Biasakan interaktif. Jangan asyik bicara sendiri. Berikan kesempatan peserta memberikan contoh, jawaban, melakukan aktivitas (game, teka teki atau melakukan sesuatu), tertawa, atau bahkan mendengarkan musik.
Ketujuh, Be specific. Selalu berikan contoh dan ilustrasi. Sesekali berikan cerita.
Kedelapan,Jangan merendahkan mutu dengan mengatakan “maaf saya sebenarnya tidak siap”, “maaf bahasa Inggris saya payah”, “ini bukan bidang saya”, “Anda pasti lebih tahu dari saya”, “saya baru belajar”, dan seterusnya. Manusia adalah makhluk yang malas, yang hanya mau mendengarkan orang yang layak di dengar, dianggap lebih tahu.
Kesembilan, Latihan yang cukup. Selalu mintalah umpan balik. Bila perlu rekam, putar kembali, minta pendapat dari orang dekat.
Kesepuluh, Perhatikan bahasa tubuh. Jangan melakukan gerakan yang merusak penampilan.
Kesebelas, Berpakaianlah agak cerah, agar Anda menciptakan kesegaran di dalam ruangan.
Kedua belas, Jangan berbicara seperti orang ngobrol dengan seseorang. Ingatlah Anda berbicara di hadapan puluhan orang. Kombinasikan bahasa resmi dengan bahasa percakapan yang layak. Oleh karena itu, seorang pembicara publik harus mampu memperhatikan hal-hal diatas agar terhindar dari predikat sebagai pembicara yang membosankan dan tidk menarik. Selamat mencoba!
*Penulis adalah motivator dan dosen pada Universitas Pamulang