Bagi sektor perbankan, ternyata, ritel merupaka pasar yang seksi dan punya potensi besar. Karenanya, tidak heran, apabila PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Syariah atau bank bjbs, pada tahun ini, fokus untuk menggarap pasar ritel.
“Rencana bisnis kami tahun ini yaitu melakukan reposisi. Artinya, kami melakukan perubahan segmentasi pasar. Tahun ini, kami membidik pasar ritel, termasuk dalam hal dana pihak ketiga (DPK),” ujar Direktur Operasional bjbs, Hamara Adam, usai Grand Launching Pelayanan ATM dan Debet Prima bjbs di Kantor Pusat bank bjbs, Jalan Braga Bandung, Kamis (27/3/2014).
Hamara meneruskan, periode 2013, pihaknya mencatat total DPK sebanyak Rp 3,5 triliun. Sekitar 80 persennya, jelas dia, merupakan deposito, yang termasuk dana mahal. Sisanya, sambung dia, sebesar 20 persen, merupakan CASA (dana murah), yang di antaranya, berupa tabungan dan giro.
Tahun ini, sambung dia, pihaknya, yang memproyeksikan DPK naik menjadi Rp 4,8 triliun, mengubah komposisi DPK menjadi 35-40 persen di antaranya berupa CASA. Karenanya, sambung Hamara, pihaknya, yang juga menargetkan kenaikan asset menjadi Rp 6,1 triliun pada tahun ini, melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak pertumbuhan DPK tersebut.
Satu di antaranya, merilis kartu ATM dan Debet, yang dapat diakses para nasabahnya pada 67 ribu unit mesin ATM Prima di seluruh wilayah Indonesia dan 270 ribu uit mesin EDC merchant-merchant bertuliskan serta berloga Prima Debet.
Reposisi pun, imbuh dia, berlaku pada pembiayaan. Hamara menyebutkan, pada 2013, total kredit yang dikucurkan anak perusahaan bank bjb tersebut senilai Rp 3,5 triliun. Tahun ini, ujarnya, proyeksinya menjadi Rp 4,9-5 triliun.
Sejauh ini, kata Hamara, komposisi penyaluran pembiayaan bank bjbs didominasi korporasi, yaitu sekitar 52 persen. Sisanya, yaitu 48 persen, adalah sektor ritel. “Tahun ini, kami ubah menjadi 65 persen pasar ritel, sisanya korporasi,” tutup Hamara. (ADR)