JABARTODAY.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pasar Keuangan Dubai (DFM) bersepakat untuk bekerja sama dalam pengembangan keuangan syariah, misalnya menjadikan Indonesia sebagai hub atau pusat pasar keuangan syariah global.
Usai bertemu dengan otoritas pasar keuangan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio belum bisa merinci kesepakatan awal itu.
Dikatakannya, dua pekan ke depan, pihaknya kembali akan bertemu dengan mereka di Dubai untuk pembicaraan lanjutan.
Tito optimistis harapan kerja sama itu bakal terlaksana karena empat keuangan syariah terbesar saat ini yakni Dubai, Turki, Malaysia dan Indonesia tentunya memiliki pandangan yang sama bahwa bersinergi lebih baik dalam meningkatkan pangsa keuangan syariah di keuangan global.
Ia menyatakan pernah menyampaikan rencana pengembangan pasar modal syariah kepada otoritas di Indonesia. Ia yakin pemerintah dan otoritas bakal mendukungnya karena itu adalah upaya baru dalam memobilisasi dana sebagai sumber pembiayaan.
Sebelumnya kepada wartawan, Tito mengatakan perlunya membentuk bursa efek syariah yang tidak hanya menyediakan produk, namun juga proses yang sesuai syariah karena negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia itu berpotensi menjadi pusat unggulan bursa efek syariah dunia.
“Kita perlu punya bursa efek syariah yang full syariah. Kita bisa jadi center of excellence dunia. Apakah kita bisa? Bisa,” kata Tito.
Ia menjelaskan, Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil pada kisaran 5,0 persen dan berpenduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi untuk tumbuhnya perekonomian syariah, khususnya pasar modal syariah.
Berkaitan dengan itu, menurut Tito, Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani menyatakan ketertarikannya untuk mempromotori pembentukan bursa efek syariah.
“BEI mendukung rencana itu dan siap membantu,” kata Tito seraya menambahkan bahwa sebaiknya bursa efek syariah itu ada di Jawa Timur.
Pasar modal syariah Indonesia kini memiliki empat efek syariah yang dapat ditransaksikan investor, 343 saham syariah, 160 reksadana syariah, satu ETF syariah, 68 sukuk korporasi dan 29 sukuk pemerintah.
Per Juni 2017 dibandingkan tahun sebelumnya return indeks saham syariah Indonesia meningkat sebesar 28,1 persen.
Kapitalisasi saham syariah dalam lima tahun terakhir meningkat 42 persen menjadi Rp3.479 triliun. Sementara kapitalisasi total saham saat ini sebesar Rp6.473 triliun. (JOS/DBS)