JABARTODAY.COM – BANDUNG — Masih belum adanya ketidakpastian capital market global, yang terpengaruh berlanjutnya isu perang dagang antara Amerika Sserikat (AS) dan China, serta normalisasi kebijakan moneter AS-Eropa, cukup berdampak pada pasar keuangan negeri ini.
“Ketidakpastian ini meningkatkan tekanan pada pasar keuangan emerging markets, khususnya negara-negara yang mengalami ketidakseimbangan eksternal,” tandas Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Anto Prabowo, dalam keterangan resminya, akhir pekan kemarin.
Anto mengemukakan, Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK menilai sektor jasa keuangan masih tergolong stabil. Dia menegaskan, OJK sangat mendukung upaya pemerintah meminimalisir efek tekanan pasar keuangan global terhadap perekonomian domestik.
Masih stabilnya pasar keuangan domestik, terang Anto, terlihat pada perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga 21 September 2018, IHSG mengalami pelemahan tipis sebesar 1,0 persen secara mounth to date (mtd). “Investor non-residen mencatat net sell sebesar Rp 2,5 triliun,” kata Anto.
Secara year to date, sambung Anto, IHSG mengalami koreksi. Besarnya koreksi, tambah dia, sebesar 6,3 persen. Net sell yang dicatat investor non-residen, sahutnya, senilai Rp 52,7 triliun.
Dalam hal Surat Berharga Negara (SBN), lanjut Anto, yield tenor jangka pendek (mounth to date) naik 82 basis points (bps). Untuk yield tenor jangka menengahnya, sambung Anto, tumbuh 22 bps. Sedangkan yield tenor jangka panjang, ucapnya, meningkat 42 bps.
Dia berpendapat, perkembangan itu terjadi seiring dengan dinamika eksternal yang masih meningkat. Hingga 21 September 2018, investor non-residen masih mencatat net buy sebesar Rp 4,4 triliun. (win)