JABARTODAY.COM – BANDUNG — Sejak beberapa waktu terakhir, garam menjadi sebuah komoditi yang paling dicari publik. Pasalnya, saat ini, garam mengalami kelangkaan. Akibatnya, harga jualnya pun meninggi.
Kendati begitu, Badan Pusat Statistik (BPS) berargumen bahwa kelangkaan garam tidak berefek pada laju inflasi Jabar. “Memabg, sejak beberapa waktu terakhir, garam mengalami kelangkaan. Tapi, prediksi kami, hal itu tidak akan memengaruhi laju inflasi Agustus. “Perkiraannya, kondisi pergaraman hanya menekan inflasi 0,01 persen. Itu karena garam bukan termasuk komoditi kebutuhan pokok, seperti beras. Di Jabar, kami memantau 500 item yang menjadi obyek pemantauan,” tandas Kepala BPS Jabar, Dody Herlando
Dody berpendapat, kelangkaan garam lebih berdampak pada industri pengolahan makanan, seperti ikan asin, dan lainnya. Namun, lanjutnya, industri teksil juga berpotensi terkena imbas kelangkaan garam.
Berbicara soal inflasi Jabar, Dody mengemukakan, tatar Pasundan mengalami inflasi periode Januari-Juli 2017 sejumlah 2,75 persen. Hasil pemantauan pada 7 titik, inflasi tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 0,94 persen. (win)