JABARTODAY.COM – BANDUNG — Sejatinya, posisi public relation (PR) alias hubungan masyarakat (humas), baik dalam lembaga pemerintah maupun industri swasta, tidak terkecuali sektor jasa keuangan, semisal perbankan, punya peran dan fungsi srtategis. Pasalnya, humas merupakan penjembatan antara sebuah institusi dan seluruh stakeholder, termasuk dunia media.
“Seseorang yang menjabat sebagai manager PR harus cerdas dalam menyikapi setiap dinamika. Soalnya, manager humas merupakan cermin sebuah institusi,” tandas Thontowi Djauhari, Konsultan Komunikasi pada Workshop Media Relation dan Peningkatan Kompetensi bank bjb & Insan Pers di Lantai 7 Menara bank bjb, Jalan Naripan Bandung.
Dalam era digital, ujar dia, PR harus mampu menangani penyebaran hoax, yang memang sulit terbendung. Karena itu, selain cerdas dan cerdik, PR pun idealnya harus obyektif, supel, dan menguasai serta memahami setiap perkembangan, tidak hanya melalui media mainstream, seperti berita-berita surat kabar, online, televisi, dan radio, tetapi juga media sosial.
Kemudian, lanjutnya, seorang PR harus responsif. “Kalau responnya lambat dalam menangani setiap perkembangan, termasuk menjawab pertanyaan para wartawan, jangan menjadi PR,” seru Thontowi.
Menurutnya, dalam era digital, penyebaran berita begitu cepat. Data menunjukkan, pada 2017, pengguna internet di tanah air mencapai 132,7 juta orang. Sebanyak 106 juta orang di antaranya, merupakan pengguna social media aktif.
Pengguna internet dan social media aktif di tanah air pada 2017, kata dia, lebih banyak menggunakan smartphone. Jumlahnya, sebut Thontowi, 92 juta orang. Tingginya pengguna social media melalui smartphone, jelasnya, karena peredaran SIM Card di Indonesia mencapai 371,4 juta orang. “Sedangkan penduduk Indonesia, sekitar 262 juta jiwa. Artinya, tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki 2 SIM Card.
Kondisi itu, sahut dia, sangat memungkinkan penyebaran berita, termasuk hoax lebih cepat. “Karena itu, PR punya posisi, peran, dan fungsi strategis,” tutupnya. (win)
