JABARTODAY.COM – BANDUNG — Dalam era teknologi informasi dan elektronik, pemerintah menerbitkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan sistem berbasis elektronik. Satu di antaranya, electronic money (e-money). Tujuannya, untuk mempermudah, mempercepat dan memperlancar sistem pembayaran serta transaksi, termasuk pembayaran tol.
Namun, sejak pertama kali pemberlakuan e-money dalam hal pembayaran tol, hingga kini, masih banyak masyarakat yang belum terbiasa. Belum terbiasanya penggunaan e-money terlihat pada proses tapping. “Benar. Masyarakat masih belum terbiasa saat tapping ketika membayar tol. Itu memperlambat arus kendaraan sehingga antrean pun terjadi di beberapa pintu tol,” tandas General Manager Jasa Marga Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi), Reza Febrianto.
Sebenarnya, penggunaan kartu e-money sangat mudah. Akan tetapi, sahut dia, sejauh ini, karena belum terbiasa, mayoritas, kata Reza, saat tapping, masyarakat menggoyang-goyangkan kartu. Padahal, lanjutnya, cukup menempelkannya dan tunggu beberapa saat hingga lampu menyala.
Reza membantah terjadinya antrean bukan karena persoalan mesin atau penempelan kartu. Ditegaskan, mesin pintu tol cukup memadai. Kedua sisi kartu, tukasnya, dapat masyarakat gunakan saat pembayaran tol.
Meski masih belum banyak yang terbiasa, Reza menyatakan, tingkat penggunaan e-money terus meningkat. Sejauh ini, ubgkaonya, penggunaannya mencapai 85 persen. “Pada 29 Oktober 2017, seluruh pintu tol tidak melayani pembayaran tunai. Artinya, pembayaran elektronik berlaku di seluruh pintu tol. Pintu Cileunyi menjadi titik terakhir pemberlakuan e-money,” tegasnya.
Untuk mempermudah masyarakat, Reza menyatakan, bersama perbankan, pihaknya terus berkoordinasi, yaitu memperbanyak mesin top up. Harapannua, cetus dia, penempatan mesin top up itu tidak hanya pada tempat umum, tetapi juga merchant-merchant yang bekerja sama. “Rencana kami membangun drive thru di depan pintu tol untuk mempermudah,” tutupnya. (win)
