
JABARTODAY.COM – JAKARTA
Seiring pertambahan waktu, persaingan global akan semakin nyata. Paling tidak hal yang semakin santer dibicarakan saat ini adalah mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Ini artinya MEA 2015 akan secara otomatis menjadi peluang bagi Indonesia untuk tampil di pentas persaingan dengan negara di Asia Tenggara. Akan tetapi di satu sisi juga menjadi tantangan tersendiri bagi republik yang dihuni dengan jumlah penduduk hampir seperempat miliar jiwa ini.
Oleh karena itu, sebelum berbicara banyak tentang tema ekonomi yang menjadi domain dari MEA itu sendiri. Meskipun boleh dikatakan terlambat, akan tetapi Indonesia harus segera dan selalu untuk menyiapkan daya saing dari sumber daya manusianya sendiri. Karena sampai saat ini daya saing masih menjadi faktor yang sering dipertanyakan.
Pertanyaan senada seperti inilah yang menjadi pengantar dari orasi ilmiah Rektor Universitas Trilogi, Prof. Dr. Asep Saefuddin di hadapan siswa SMA di Jakarta, Selasa (3/6/2014). Menurutnya, meskipun secara demografi Indonesia sangat strategis, tetapi kualitas dan keterampilannya masih dipertanyakan.
“Sebenarnya dari sisi demografi SDM-nya, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling strategis dalam menghadapi MEA ini. Karena kita memiliki sekitar 70% usia produktif. Sementara itu, kita didukung juga oleh jumlah tenaga kerja yang lebih dari 100 juta tenaga kerja. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana dengan kualitas dan keterampilannya?” papar Asep.
Lebih lanjut, Asep menekankan juga bahwa kemajuan sebuah negara tergantung kepada kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Karena dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar kepada pertumbuhan suatu negara dan kesejahteraan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Selain itu, Profesor bidang statistika ini juga mengingatkan ada faktor yang jangan sampai terlupakan ketika menyiapkan kualitas manusia Indonesia, yakni landasan iman dan takwanya. “Pemahaman mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi dengan iman dan takwa yang akan memberikan kekuatan jiwa, ketenangan, dan kedamaian. Sehingga masyarakat kita bahagia,” tuturnya pada acara yang berlangsung di Aula Komando Korps Pasukan Khusus, Jakarta.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilengkapi dengan iman dan takwa, jelas Asep, bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih luas. Selain itu, sambungnya, untuk keseimbangan pengetahuan/teknologi dengan iman/takwa di dunia pendidikan. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan imtaq merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dalam meraih kemakmuran.
Orasi yang disampaikan di hadapan ratusan siswa tersebut, selain diselenggarakan bersempena dengan acara lepas kenang para siswa kelas XII SMAN 39 Jakarta. Penyampaian orasi motivasi itu juga untuk pengingat bahwa penyelesaian masalah kapasitas sumber daya manusia tentu menjadi tugas wajib satuan pendidikan. “Termasuklah tanggung jawab perguruan tinggi. Karena lulusan SMA/sederajat banyak yang akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi,” imbuh Asep.
Sejak didirikan, Universitas Trilogi berkomitmen meningkatkan kapasitas generasi bangsa yang lulus dari pendidikan di SMA atau sederajat. Oleh karena itu, selain memberikan orasi ilmiah sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikannya sesuai minat-bakat yang dimiliki. Universitas yang merupakan pengembangan dari STEKPI ini juga menjadi ikon pencipta generasi teknopreneur, kewirausahaan berbasis teknologi.
Alasannya jelas, karena generasi kewirausahaan itu sendiri akan menjadi elemen terpenting dalam mengisi kehidupan MEA 2015 nanti. Sementara itu, teknologi dalam kancah perekonomian global sudah dianggap sebagai investasi dominan dalam pembangunan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa.
Bangsa yang menguasai teknologi akan mampu mengusai bangsa yang walaupun mempunyai sumber daya alam yang besar tetapi tidak menguasai teknologi. Sehingga membangun masyarakat berbasis pengetahuan sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya kemampuan teknologi suatu bangsa. (*/VIL)