Jabar Kembangkan Kuliner Olahan Sayuran

sayur-sayuranJABARTODAY.COM – BANDUNG

Potensi ekonomi Jawa Barat begitu luar biasa. Satu diantaranya, dalam hal hasil pertanian dan perkebunan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. “Sebenarnya, produk makanan olahan berbahan baku buah-buahan dan sayur-sayuran punya peluang besar untuk berkembang,” tukas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Ferry Sofwan Arief, pada sela-sela Cooperative Fair 2014 di Monumen Perjuangan Jawa Barat, Jumat (13/6/2014).

Ferry mengemukakan, besarnya peluang itu karena tingkat konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan di Indonesia, termasuk Jabar, apabila mengacu pada FAO (Badan Pangan Dunia), masih rendah. Menurutnya, FAO menyatakan, idealnya, konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran mencapai 65 kilogram per kapita setiap tahunnya. “Negara ini, baru sekitar 40 kilogram per kapita tiap tahunnya,” sambung Ferry.

Melihat kondisi itu, Ferry menegaskan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, melalui produk makanan olahan. Sejauh ini, kata dia, konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan di Indonesia, termasuk Jabar, mayoritas dalam bentuk siap saji dan santap.

Padahal, secara ekonomi, tentu, produk makanan olahan tersebut punya nilai tambah. Menurutnya, agar lebih bernilai tambah, sayur-sayuran dan buah-buahan perlu diversifikasi.

Diutarakan, beberapa bentuk dan upaya yang dilakukan jajarannya untuk mendorong produk makanan olahan berbahan baku sayur-sayuran dan buah-buah-buahan antara lain, menggulirkan sejumlah pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku usaha serta industri komoditi itu. “Kemudian, dalam hal pengemasan, pendaftaran HAKI (Hak Atas Kekayaan dan Intelektual), sertifikasi Dinas Kesehatan untuk industri rumah tangga,” jelas dia.

Selain itu, ungkapnya, pihaknya pun memberi subsidi dalam hal sertifikasi halal yang diterbitan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di Jabar, sebut dia, sejauh ini, MUI Jabar menerbitkan sertifikasi halal sebanyak 11 ribu sertifikat, ysng biayanya sekitar Rp 1.,5-1,7 juta per sertifikat. “Nah, 60 persennya, kami subsidi. Harapannya, upaya-upaya itu dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk-produk makanan olahan Jabar,” tutup Ferry. (ADR)

Related posts