Tim gabungan dari TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan SAR Nasional, Palang Merah Indonesia, dan PT Kereta Api Indonesia berhasil mengevakuasi seluruh korban meninggal dan luka berat yang berada di Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang, Sabtu (5/4/2014).
Kepala Polres Tasikmalaya Kota Ajun Komisaris Besar Noffan Widyayoko menyatakan, pihaknya telah berhasil melakukan evakuasi dan mengidentifikasi korban meninggal maupun luka berat akibat anjloknya kereta api tersebut. “Kita berhasil mengidentifikasi korban dan langsung dilarikan ke RSUD Tasikmalaya,” ujarnya saat dihubungi.
Dua dari tiga korban meninggal, yaitu laki-laki dan satu lainnya perempuan, sedangkan dua korban luka berat, yakni seorang perempuan dan seorang laki-laki. Berikut identitas korban meninggal dan luka berat:
Meninggal:
1. Sri Hartanto (60), warga Jalan Mujair 7 No 2, Kecamatan Ngadlik, Sleman, DI Yogyakarta.
2. Karis Budi Cahyono (30), warga Jambon, Ponorogo.
3. Ayudiyah Kusumahningrum (27), warga Lawang, Malang, yang merupakan karyawan PT KAI.
Luka Berat:
1. Yosep Agus (32), warga Wonogiri, Jawa Tengah.
2. Anggita Sitompul (25), warga Purwakarta, Jawa Barat.
Ditambahkan Kapolres, pihak keluarga sudah dihubungi dan mengetahui kondisi terakhir korban. “Untuk korban luka berat akan dirujuk ke Rumah Sakit Santosa Bandung,” imbuhnya.
Di Bandung, pihak RS Santosa, menyebut, bahwa empat korban yang terluka sedang mengalami perawatan. Direktur Utama RS Santosa Noor Martany mengungkap, saat malam hari, pihaknya menerima tujuh orang pasien akibat insiden tersebut namun tiga diantaranya diperbolehkan pulang. “Yang sekarang dirawat ada empat orang, tapi ternyata yang tiga orang hanya luka ringan, jadi diperbolehkan pulang,” jelasnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, diterangkan Noor, keempat korban masih mengalami luka lebam di beberapa bagian tubuh. Hanya saja, ia mengkhawatirkan bila terdapat luka dari dalam tubuh sehingga pihaknya tim dokter dari bagian ortopedi, penyakit dalam dan bedah, diterjunkan untuk menangani masalah tersebut. “Tapi kita harus observasi lagi, kita harus lihat lebih dalam lagi,” tutupnya. (VIL)