98 Pengungsi Wamena Asal Jawa Barat Pulang Kampung

Pengungsi Jabar Wamena Papua

JabarToday.com, Papua — Sebanyak 98 perantau asal Jawa Barat di Wamena yang menjadi pengungsi akibat kerusuhan dipulangkan, Rabu (9/10/2019).

Berdasarkan data Tim Dinas Sosial Jawa Barat, dari total 98 perantau, sebagian besar atau 18 orang berasal dari Kabupaten Garut. Sisanya berasal dari Majalengka, Sukabumi, Bandung, Kuningan, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Purwakarta, Bogor, dan Indramayu.

Menurut Ketua Posko Pengungsi Jawa Barat, M. Iriyanto Pawika, pemulangan 98 warga Jawa Barat ini dibiayai oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Daarut Tauhiid (DT) Peduli.

Pemulangan warga Jawa Barat di Wamena ini juga atas bantuan Dinas Sosial Jawa Barat dan Jabar Quick Respons (JQR).

“Pemulangan 98 warga Jabar ini rencananya dilakukan dalam satu kloter pada Rabu (9/10) dengan bantuan biaya dari BAZNAS dan DT Peduli serta Dinsos dan Jabar Quick Respons (JQR),” terangnya.

Menurut Irianto, kepulangan puluhan perantau di Wamena ini akan disambut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama sejumlah bupati. Saat ini, dia menambahkan, 154 warga Jawa Barat masih berada di Wamena.

“Nanti mereka akan di terima oleh gubernur di kantor gubernur Jawa Barat serta dihadiri seluruh Bupati dari seluruh kabupaten Jawa Barat,” kata Irianto yang juga Ketua Paguyuban Sunda Ngumbara Provinsi Papua.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw, memastikan situasi keamanan di wilayah Wamena, Kabupaten Jayawijaya, sudah kondusif pascakerusuhan 23 September lalu.

Enggan Kembali ke Wamena

Dua pekan setelah kerusuhan, Wamena disebut berangsur pulih. Namun, sebagian warga yang mengungsi mengatakan, mereka enggan kembali ke kota di Kabupaten Jayawijaya itu.

“Sudah trauma, tidak mau (kembali),” kata Agnesia Patiung (16).

Agnes adalah salah satu warga pendatang yang baru tiba di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada Selasa (8/10) siang dalam gelombang pengungsi asal Wamena. Hingga Senin (7/10), sudah 286 pengungsi asal Wamena tiba di sana.

Pengungsi lain, Enny Vriend, mengambil langkah serupa. Aparatur Sipil Negara (ASN) itu membawa serta ketiga anaknya keluar dari Papua untuk menghindari kemungkinan terjadinya kembali kerusuhan.

“Saya cuma amankan anak-anak sementara saja, karena mereka trauma pada saat kerusuhan,” ungkap Enny. “(Anak) yang sudah besar itu sudah mengerti, dia bilang ‘Ma, saya takut’.”

Ia belum tahu kapan akan kembali ke Wamena, tapi yang pasti, anak-anaknya tidak akan ia bawa kembali ke sana dalam waktu dekat.

Enny berencana menitipkan mereka kepada orang tuanya di Toraja dan menyekolahkan mereka di sana. “Mungkin sampai tahun depan,” ujar Enny.

Hingga 6 Oktober 2019, 1.726 orang masih mengungsi di sejumlah titik di Wamena. Mereka adalah warga yang tempat tinggalnya rusak akibat kerusuhan yang terjadi.

Lebih dari 15.000 orang lainnya keluar dari Wamena dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU dan sejumlah penerbangan komersial.

Selama sebulan ke depan, kota Wamena, disebut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jayawijaya Daulat Siregar, akan menjalani masa pemulihan.

Salah satu program yang dilakukan adalah pemulihan trauma (trauma healing) bagi penduduk yang merasa terguncang akibat kerusuhan yang menewaskan 30 orang itu.

“Tidak hanya masyarakat pendatang, tapi juga semua masyarakat umum yang bergabung ke sana tetap dilayani trauma healingnya,” ujar Daulat. (PP/BBC).*

 

Related posts