UPI-Monash University Gelar Simposium Budaya Sunda

UPI-Monash University menggelar Simposium Budaya Sunda, 27-28 September 2011 di kampus UPI, Jl. Setiabudhi 229 Bandung. (UPI-EDU/UWIE)

JABARTODAY.COM – BANDUNG

Guna menggali kekayaan khazanah budaya Sunda,  UPI-Monash University menggelar Simposium Bersama (Joint Symposium) selama dua hari, 27-28 September 2011 di Kampus UPI, Bandung. Simposium bertema “UPI-Monash Joint Symposium on Indigenous Culture in a Globalising World”  dipilih dengan mempertimbangkan perlunya penguatan elemen lokal sebagai salah satu unsur pembentuk jati diri bangsa dalam tatanan pergaulan yang semakin mengglobal. Isu ini juga diangkat di tengah keprihatinan akan upaya pematenan produk budaya Indonesia oleh negara lain. Simposium ini membahas upaya pengkajian dan pelestarian budaya asli di Indonesia (khususnya budaya Sunda), Australia (khususnya budaya Aborijin), dan tempat lainnya.

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd mengatakan identitas budaya penting bagi orang yang memiliki identitas diri dan bagaimana mereka berelasi dengan orang lain. Identitas budaya akan fleksibel atau punah tergantung dari prosesnya.

“Kemampuan suatu negara menghadapi kompetisi dunia dapat dilihat dari saat bagaimana suatu bangsa bertahan menghadapi globalisasi. Maka diperlukan penyiapan generasi muda saat melakukan relasi internasional, pluralisme budaya, sistem kepercayaan dan lainnya,” jelas Sunaryo.

Sunaryo menambahkan, kebijaksanaan lokal Sunda harus direformasi dengan pengembangan kenegaraan dan hubungan internasional diintegrasi oleh berbagai faktor sebagai identitas budaya Sunda dengan menggunakan etnografi berbasis pendidikan dan didukung oleh identitas politik untuk dikembangkan, dipelihara dan ditransfer ke generasi selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari indikator adanya partisipasi budaya, pemeliharaan penggunaan bahasa asing, menjaga eksistensi bahasa dan budaya Sunda oleh generasi muda.

Tentu saja, jelas Sunaryo, semua ikhtiar ini harus didukung dengan kebijakan politis. Salah satu yang telah dilakukan dalam rangka pengenalan bahasa dan seni di sekolah antara lain lagu Oray-orayan (ular-ularan) dan kesenian Sunda “Sisingaan”.  “Lagu dan permainan ini memiliki nilai untuk bergembira, aturan, kesabaran, kooperasi, semangat kehidupan,” ujarnya.

Ikhtiar lain adalah dibukanya Program Master Pendidikan Bahasa Sunda dan Pendidikan Budaya. Ini memiliki keuntungan bersama yaitu pendidikan sebagai media untuk memelihara dan mengembangkan budaya Sunda sebagai bagian terpenting dalam pengembangan budaya bangsa. (fzf)

Related posts